Renungan Hari Senin Biasa IX B/II
Bac I 2Ptr 1: 1 – 7 ; Injil Mrk 12: 1 – 12
Kalau
kita baca Injil hari ini dengan baik-baik dan dengan penuh perasaan, satu kata
yang akan keluar dari mulut kita adalah: T E R L A L U! Kata “terlalu” ini bisa
saja kita tujukan kepada para penggarap, tapi bisa juga ditujukan kepada Tuan
yang empunya kebun. Para penggarap, yang sudah diberi pekerjaan (pekerjaan bisa
juga diartikan sebagai kehidupan dan status sosial) namun balasannya kepada
tuan yang telah memberikan pekerjaan itu sungguh terlalu. Para penggarap ini
memang sungguh keterlaluan. Tidak tahu malu, tidak tahu berterima kasih dan tak
tahu diri. Ini bisa disebabkan karena adanya sifat serakah dalam diri mereka.
Sifat serakah inilah yang membuat mereka lupa diri dan tak memiliki sikap
syukur.
Sang
Tuan empunya kebun juga dapat kita katakan terlalu. Dia sungguh terlalu baik.
Sudah tahu beberapa hambanya yang beberapa kali diutus tidak membawa hasil,
malah ada yang dibunuh, masih juga mengutus putranya. Baik yang keterlaluan ini
sungguh jauh dari nalar manusia. Tidak akan ada manusia bisa seperti itu. Dan
inilah gambaran Allah, karena Dia memang maha baik.
Bacaan
Injil dapat dijadikan cermin relasi kita dengan Allah. Sejauh mana sikap saya
terhadap Allah yang maha baik. Apakah saya bersikap seperti penggarap-penggarap
kebun yang tidak tahu diri itu? Dengan cermin ini kita bisa berbenah diri. Kita
diajak untuk melihat ke diri kita sendiri: kekurangan dan kelemahan diri kita
dalam bersikap dan berelasi dengan Tuhan. Setelah kita temukan, maka segeralah
berbenah agar kita bisa tampil sempurna di hahadapan-Nya.
Bacaan
Injil ini juga bisa kita jadikan cermin relasi kita dengan sesama kita. Tak
jarang Allah berkarya dalam diri orang lain, yaitu sesama kita. Kita bisa
merasakan kebaikan Allah dalam diri sesama kita. Nah, bagaimana sikap kita?
Apakah kita juga tak tahu diri seperti para penggarap kebun itu? T E R L A L U,
jika demikian.
Intinya,
kita diajak untuk senantiasa menghaturkan terima kasih atas kebaikan yang kita
terima; atas segala rahmat dan berkat yang kita nikmati. Untuk itu, kita
hendaknya menanamkan sikap rasa syukur dan menghilangkan sifat serakah dalam
diri kita.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar