Renungan Hari Jumat Biasa XI B/II
Bac I : 2Raj 11: 1 – 4, 9 – 18, 20 ; Injil : Mat 6: 19 – 23
Sabda Tuhan hari berbicara
soal harta benda. Yesus membagikan harta itu menjadi dua jenis, yaitu, harta
duniawi (harta di bumi) dan harta benda surgawi (harta di surga). Apa
maksudnya?
Pertama sekali yang harus
disadari adalah bahwa baik duniawi dan surgawi sama-sama disebut harta.
Berkaitan dengan harta ini kesannya tak perlu dibedakan. Harta itu identik
dengan uang, kekayaan dan materi. Jadi, kalau dikatakan memiliki harta sama
artinya dengan memiliki uang, kekayaan atau materi yang berlimpah. Yang
membedakannya adalah duniawi dan surgawi. Apa artinya?
Duniawi berarti sikap yang
terarah kepada hal-hal duniawi. Karena dunia atau bumi ini langsung
dipertentangkan dengan surga, maka kata "bumi/dunia" memiliki
konotasi negatif. Jadi, kalau dikatakan harta duniawi berarti kita mempunyai
harta (kekayaan dan materi) tapi hati dan sikap kita hanya terarah kepada
hal-hal duniawi. Kekayaan dan materi yang kita miliki digunakan untuk
kenikmatan duniawi.
Bisa juga harta dunia ini
diartikan sebagai sikap kemelekatan kepada hal-hal duniawi. Karena itulah Yesus
berkata, "di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." Harta
yang dimaksud Yesus adalah harta duniawi tadi. Di sini harus dimengerti bahwa
harta itu menjadi tujuannya. Kemelekatan pada harta membuat seluruh diri manusia
terarah kepada harta itu. Ada orang sibuk kerja sampai lupa doa dan keluarga
hanya demi uang dan harta. Ada imam sibuk pelayanan agar dapat stipendium. Uang
dan hartalah yang menggerakkan orang untuk kerja dan pelayanan.
Yesus mengingatkan bahwa
yang duniawi itu tidaklah abadi. Ia bersifat sementara. Artinya gampang rusak,
hancur dan hilang. Semuanya bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, baik
binatang ngengat ataupun pencuri. Intinya harta duniawinya bersifat sementara.
Sebaliknya Yesus mengajak
kita untuk mengejar harta surgawi. Surgawi berarti sikap yang terarah kepada
hal-hal ilahi atau surgawi. Kata "surgawi" memiliki nilai positif.
Kalau dikatakan harta surgawi berarti kita memiliki harta (kekayaan atau
materi) tapi hati dan sikap kita terarah kepada hal-hal surgawi. Kekayaan dan
materi yang dipunyai dipakai untuk tujuan surgawi. Mendapatkan pahala,
misalnya.
Dari uraian ini tampak jelas
bahwa memiliki harta surgawi bisa dimengerti sebagai sikap lepas bebas terhadap
kekayaan. Orang boleh saja memiliki kekayaan asal tidak melekatkan dirinya
kepada harta itu, melainkan memanfaatkannya demi kesejahteraan dan kebahagiaan
bersama dan sesama. Lebih dari itu, harta dilihat bukan sebagai tujuan
hidupnya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar