Renungan
Hari Jumat Biasa XXI, Thn II
Bac I 1Kor 1: 17 – 25; Injil Mat 25: 1 – 13
Dalam bacaan pertama dan Injil
terdapat satu kata yang sama yaitu bodoh dan/atau kebodohan. Meski sama, pesan
yang mau disampaikan berbeda. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari surat
Paulus yang pertama kepada umat di Korintus, kebodohan itu dipuji. Yang dimaksud
“bodoh” di sini adalah orang yang menerima pemberitaan salib Kristus, dan
menerima di sini berarti percaya. Bagi Paulus kebodohan itu merupakan “kekuatan
Allah” (ay. 18) yang mendatangkan keselamatan (bdk. ay. 21). Jadi, menjadi
orang bodoh karena pemberitaan salib Kristus (ay. 18) atau pemberitaan Injil
(ay. 21) berarti menjadi orang yang diselamatkan.
Berbeda dengan perumpamaan
Yesus dalam Injil hari ini. Dalam Injil Yesus memberikan perumpamaan tentang
lima gadis bodoh dan lima gadis bijak. Dari cerita itu terlihat jelas bahwa
lima gadis bodoh itu akhirnya tidak selamat. Di saat lima teman mereka
berbahagia dalam pesta perjamuan kawin, lima gadis bodoh itu berada di luar. Mereka
tidak bisa masuk ke dalam pesta. Bahkan tuan pesta berkata kepada mereka, “Sesungguhnya
aku tidak mengenal kamu.” (ay. 12). Dengan perkataan lain, kebodohan lima gadis
bodoh itu mendatangkan celaka bagi mereka. Kebodohan mereka dikecam Yesus. Tuhan
Yesus menghendaki supaya pendengar-Nya tidak seperti mereka, melainkan harus
menjadi bijak.
Sekalipun ada perbedaan
penggambaran tentang kebodohan, yang pastinya Tuhan menghendaki kita selamat. Sumber
keselamatan itu ada dalam pemberitaan salib Kristus, yang adalah juga warta
Injil. Yesus sudah tahu bahwa kelak pemberitaan tentang diri-Nya menimbulkan
perbantahan. Karena itulah, Dia mengajak para murid-Nya untuk bersikap bijak. Baik
pada zaman Paulus maupun masa sekarang, berhadapan dengan pemberitaan salib dan
Injil Kristus orang dihadapkan pada pilihan percaya atau tidak percaya yang berdampak pada keselamatan atau kebinasaan. Orang bijak
tentulah memilih selamat, meski karena pilihan itu ia dinilai bodoh dan memalukan.
by: adrian