Islam
dikenal sebagai agama dengan dua wajah. Di satu wajah islam dikenal sebagai
agama rahmatan
lil alamin, di wajah yang lain islam dikenal sebagai agama teroris (baca:
fundamental-radikalis yang cenderung anarkis). Wajah islam yang penuh kasih ini
sering kali dikumandangkan oleh tokoh-tokoh muslim. Dan biasanya untuk
mengimbangi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan umat islam dengan mengatas-namakan
islam. Sedangkan wajah islam yang beringas merupakan gambaran kenyataan.
Baik wajah kasih maupun wajah
beringas, kedua-duanya mendapatkan legitimasinya dari ajaran islam sendiri,
baik itu dalam Al-Quran maupun Hadis. Umumnya orang islam yang islamnya
berwajah kasih menolak bila dikatakan bahwa islam itu berwajah beringas.
Padahal, keberingasan itu merupakan salah satu hakikat islam. Sebagai contoh,
pasca kudeta Mekkah, ada pendapat yang
mengatakan bahwa kelompok Juhaiman adalah orang-orang muslim sejati. Lawrence
Wright, dalam bukunya “SejarahTeror” menilai kalau tokoh-tokoh
sentral teroris, misalnya seperti Juhaiman, Azzam, Zawahiri, Syeikh Omar, Osama
bin Laden, Mullah Omar, dll adalah orang yang teguh berpegang pada agamanya.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa Osama bin Laden adalah prototipe nabi Muhammad.
Kekerasan sebagai ajaran
islam dibenarkan juga oleh Front Pembela Islam. Seperti yang ditulis Damar
Iradat di Metrotv New dot com, bahwa tindakan
anarkis yang biasa dilakukan oleh FPI sudah sesuai ajaran islam. Jika memang
kekerasan yang dilakukan FPI tidak sesuai, tentulah otoritas islam Indonesia
(MUI) akan mengambil sikap. Bukankah itu merupakan bentuk pelecehan terhadap
islam? Namun faktanya, MUI diam.
Jadi, kitab yang satu dan sama memuat
ajaran yang bertentangan. Yang satu tentang kasih, sedangkan banyak yang lain
tentang kekerasan. Perbedaan juga terjadi pada sikap umat islam terhadap orang
kristiani. Dari satu kitab yang sama terdapat dua sikap yang berbeda. Yang satu
menilai bahwa orang Kristen adalah kafir, sedangkan sikap yang lain tidak.
Karena itulah, karena bersumber dari satu kitab yang sama dengan dua sikap yang
berbeda itulah, makanya umat islam pun terbagi menjadi dua kelompok. Ada
kelompok yang menerima orang kristen sebagai saudara; namun ada pula kelompok
yang tetap menganggap orang kristen itu kafir.
Dasar pengkafiran orang kristen ada
pada QS Al-Ma’idah: 72 yang berbunyi, “Kafirlah mereka yang mengatakan Allah
adalah Kristus (Yesus) anak Maryam.” Atau juga QS Al-Ma’idah: 73 yang berbunyi,
“Kafirlah mereka yang berkata bahwa Allah adalah satu dari tiga.” Ayat 72 itu
menyangkut soal keyakinan orang Kristen bahwa Yesus adalah Allah. Sampai kapan
pun keyakinan tak akan berubah. Sementara ayat 73 menyangkut soal iman akan
trinitas. Sama dengan iman akan Yesus sebagai Allah, keyakinan Allah Trinitas
ini pun sudah pakem. Karena tetap pada keyakinan ini, maka orang Kristen adalah
kafir.
Sementara itu ada orang yang menilai,
secara implisit, bahwa orang Kristen bukanlah kafir. Mereka sering menggunakan
dasar-dasar ini: Hadits Sahih HR Bukhari, “Dari Abu Dzar
Radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kata fasiq, dan
menuduhnya dengan kata kafir, kecuali tuduhan itu akan kembali kepada si
penuduh jika orang yang tertuduh tidak seperti yang dituduhkan.” Ada juga Hadits
Sahih HR Muslim, “Dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan panggilan
‘kafir’ atau ‘musuh Allah’ padahal tidak kafir, maka tuduhan itu akan kembali
kepada penuduh.” Sementara dari Al-Quran sendiri sering dikutip QS Al-Baqarah:
256, QS Yunus: 99 dan QS Al Kahfi: 29.
Dari Al-Quran cuma surah Al Kahfi saja yang jelas-jelas menyinggung soal kafir
dengan sikap permisif: biarkan saja orang kafir. Sedangkan surah Al-Baqarah dan
Yunus berbicara soal islam yang tidak memaksa orang lain masuk islam; bukan
soal pengkafiran.
Surah-surah inilah yang kemudian
membuat umat islam sendiri terpecah menjadi dua kubu dalam menyikapi orang,
khususnya orang Kristen. Ada kelompok, dengan dasar Al-Quran, melihat orang
Kristen itu kafir; dan ini tak bisa dibantah lagi karena orang Kristen seperti
digambarkan Al-Quran, yaitu menerima Yesus sebagai Tuhan dan menerima konsep
Trinitas. Sementara kelompok lain, jika memegang ajaran Al-Quran, khususnya Al
Kahfi, akan bersikap permisif, bukan justru menganggap orang Kristen bukan
kafir.
Jadi, dasar pembelaan kelompok yang
menilai orang Kristen bukan kafir sangatlah lemah. Orang Kristen sampai kapan
pun tetap dengan keyakinannya bahwa Yesus itu Allah yang menjadi manusia; dan
orang Kristen mengakui Allah tritunggal. Sikap permisif, sebagaimana diajarkan
surah Al Kahfi, tidak menegasi kekafiran orang Kristen. Orang Kristen tetaplah
sebagai kafir.
Demikian pula dengan 2 hadits sahih
tadi (HR Bukhari dan HR Muslim). Kedua hadits ini memang melarang umat muslim
untuk tidak seenaknya saja menyebut orang lain kafir. Namun perlu diperhatikan
frase “padahal tidak kafir” (HR Muslim) atau “jika orang yang tertuduh tidak
seperti yang dituduhkan”. Hadits ini tidak dapat digunakan untuk melawan orang
islam yang menyebut orang kristen kafir, karena hadits ini berisi ajaran untuk
tidak memfitnah, bukan mengkafirkan orang. Fitnah berarti mengatakan sesuatu
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau mengatakan orang kristen itu kafir,
berdasarkan pada ajaran Al-Quran, orang islam bukan melakukan fitnah, karena
memang orang kristen itu kafir. Mengapa orang kristen kafir, QS Al-Ma’idah: 72
dan 73 adalah jawabannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar