Tak sedikit orang melihat perkawinan itu sebagai tujuan hidupnya.
Ini bisa terjadi karena perkawinan dilihat sebagai kewajiban atau keharusan.
Orang dengan konsep perkawinan ini tidak termotivasi untuk menjaga, merawat dan
membangun hidup perkawinan. Setelah menikah, ya selesai sudah, tinggal menuntut haknya.
Bagi calon pasutri katolik, perkawinan harus dilihat sebagai awal atau permulaan. Setidaknya ada 3 permulaan dalam perkawinan. Pertama, perkawinan sebagai awal hidup baru sebagai suami istri. Dengan menikah seorang pria (wanita) disadarkan bahwa dirinya adalah seorang suami (isteri). Mereka tidak sebebas ketika masih lajang. Seorang pria akan menjaga jarak dengan wanita lain, karena dia punya isteri; demikian pula dengan isteri.
Kedua, perkawinan sebagai awal pengenalan jati diri asli. Patut diakui bahwa sewaktu pacaran masing-masing pihak menampilkan diri yang terbaik supaya pasangannya tertarik. Jati diri yang buruk semaksimal mungkin disembunyikan. Setelah menikah masing-masing pihak baru mengenal karakter asli pasangannya. Karena sudah menikah, mau tak mau berusaha untuk menerima dan menyesuaikan. Tak jarang hal ini menjadi kerikil dalam hidup rumah tangga.
Ketiga, perkawinan sebagai awal perjuangan. Apa yang harus diperjuangkan? Setelah menikah pasutri berjuang untuk menyatukan perbedaan di antara mereka, seperti hobi, kebiasaan, selera masakan, sifat dan karakter, dll. Mereka juga harus berjuang membangun keluarga kristiani.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar