Renungan
Hari Minggu Biasa XXVI, Thn B/I
Bac
I Bil 11: 25 – 29; Bac II Yak 5: 1 – 6;
Injil Mrk 9: 38 – 43, 45, 47 – 48;
Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Bilangan. Di sini diceritakan bahwa Musa menegur Yosua, yang adalah abdinya. Sudah sejak masa muda Yosua mengikuti dan mengabdi pada Musa. Karena sudah sekian lama mengabdi pada Musa membuat Yosua merasa memiliki “kuasa”. Karena itu, ketika ada laporan perihal Eldad dan Medad, Yosua merasa punya kepentingan. Ia meminta Musa untuk mencegah kedua orang itu. Namun Musa menegornya, karena Yosua menilai mereka hanya menurut kacamatanya sendiri.
Dalam Injil juga Tuhan Yesus
menegur para murid. Sama seperti Yosua para murid memiliki sikap angkuh, yang
bersumber dari hidup lama bersama Tuhan Yesus (Yosua dengan Musa). Mereka
merasa punya kuasa menentukan. Maka ketika ada orang lain mengusir setan demi
nama Tuhan Yesus, mereka mencegah orang itu. Sama seperti Musa, Tuhan Yesus menegor
para murid karena mereka menilai seseorang menurut cara pandang mereka saja.
Kesamaan cerita ini bukanlah
suatu kebetulan. Musa yang menegur Yosua dalam Perjanjian Lama dan Tuhan Yesus
yang menegur para murid dalam Perjanjian Baru. Hal ini memiliki makna bagi Tuhan
Yesus. Dia-lah Musa Baru bagi Israel. Baik Musa maupun Tuhan Yesus sama-sama
mengajak muridnya untuk menanggalkan "kacamata" yang digunakan untuk
menilai orang lain.
Sering tanpa disadari, kita
melihat dan menilai orang lain menurut "kacamata" kita. Rekan,
sahabat, teman atau siapa saja kita ukur sesuai selera kita. Mereka yang tidak
kita sukai, kita singkirkan. Orang yang tidak menyenangkan, dihindari. Hanya
mereka yang disukai, karena mereka bisa menyenangkan saya, yang diterima dalam
lingkungan pergaulan. Dengan sikap ini kita telah “membunuh” kebenaran. Hal
inilah yang direfleksikan oleh Yakobus dalam suratnya, yang menjadi bacaan
kedua. Dalam suratnya itu Yakobus berkata, “Kamu telah menghukum, bahkan
membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.” (ay. 6). Di sini
Yakobus hendak mengajak kita untuk berlaku adil dengan menanggalkan “kacamata”
penilaian kita.
Melalui sabda-Nya, hari ini
Tuhan menghendaki kita untuk mau dan siap menerima siapa saja yang telah
berbuat kebaikan dan mewartakan kebenaran. Kita harus mempunyai konsep bahwa
mereka-mereka yang berjuang demi kemanusiaan, kebaikan, keadilan dan kebenaran,
apapun agama, suku, ras dan golongannya, ada dalam satu kelompok dengan kita.
Karena sebagai murid Kristus, kita juga terpanggil untuk mewujudkan kebaikan,
kebenaran, keadilan dan kedamaian serta memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar