Renungan
Hari Rabu Biasa VIII, Thn II
Bac I 1Ptr 1: 18 – 25; Injil Mrk 10: 32 – 45;
Dalam bacaan pertama, Rasul
Petrus melihat bahwa darah Kristus yang tercurah di kayu salib merupakan wujud
kasih Allah kepada kita umat manusia. Inilah yang dimaksud Yesus dalam Injil
dengan Anak Manusia yang “melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.” (ay. 45). Karena itu, bagi Petrus buah dari
penebusan itu adalah supaya umat dapat mengamalkan kasih persaudaraan dengan
tulus Ikhlas. “Hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan
segenap hatimu.” (ay. 22).
Salah satu bentuk kasih itu
adalah melayani. Kita diajak untuk mengikuti teladan Yesus sebagai Anak Manusia
yang melayani, bukan dilayani dan mengasihi, bukan dikasihi. Frasa “memberikan
nyawa-Nya” tidak harus dipahami dengan mengasihi dan melayani sampai mati. Yang
mati tidak harus diri kita, melainkan ego kita. Dengan mematikan ego kita, maka
kita dapat mengasihi dan melayani dengan tulus Ikhlas tanpa pamrih. Jadi, frasa
“memberikan nyawa-Nya” bila dikenakan pada melayani dan mengasihi berarti kita
mengasihi dan melayani bukan untuk mendapatkan imbalan atau pujian, bukan pula agar
suatu saat dilayani dan dikasihi atau supaya masuk surga, bukan karena tugas
atau kewajiban, melainkan karena kita mau menyalurkan kasih Allah yang telah
kita terima lebih dahulu.
Oleh karena itu, sabda Tuhan
hari ini pertama-tama menyadarkan kita bahwa Allah telah lebih dahulu mengasihi
kita lewat curahan darah Putera-Nya di kayu salib. Dia telah mengangkat kita
menjadi anak dan ahli waris. Untuk itu kita diajak untuk menyalurkan kasih-Nya
kepada sesama kita.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar