Bac I Zef 2: 3; 3: 12 – 13; Bac II 1Kor 1: 26 – 31;
Injil Mat 5: 1 – 12a;
Ada banyak tema dan pesan yang
hendak disampaikan Tuhan lewat sabda-Nya dalam tiga bacaan liturgi hari ini.
Salah satu tema yang menarik untuk direnungkan adalah kerendahan hati. Hal ini
sangat tegas disuarakan oleh Zefanya, dalam bacaan pertama, dan juga Paulus,
dalam bacaan kedua. Dalam bacaan pertama, Zafanya meminta kita untuk membangun
sikap rendah hati agar terhindar dari murka Allah. Dapat dikatakan bahwa sikap
rendah hati merupakan pangkal dari keadilan. Dan orang yang rendah hati akan
taat pada hukum Allah.
Dalam suratnya yang pertama
kepada jemaat di Korintus, Paulus meminta kita untuk mempunyai sikap rendah
hati. Paulus melarang supaya kita tidak sombong di hadapan Tuhan. Ada banyak
teks kitab suci yang menyatakan kalau Allah benci pada orang sombong. Allah justru
menggunakan orang yang rendah hati untuk “menghancurkan” orang-orang sombong. Orang
yang rendah hati tentulah akan selalu setia pada kehendak Allah.
Injil hari ini menampilkan
kotbah Yesus di bukit, secara khusus sabda bahagia. Salah satu kebahagiaan yang
disinggung oleh Yesus adalah orang yang suci hatinya. Frasa “suci hati” atau
juga “bersih hati” dapat dipadankan dengan rendah hati, karena tinggi hati
selalu dikaitkan dengan hati yang kotor. Orang yang rendah hati akan selalu
dekat dengan Tuhan, dan karena itu ia akan melihat Tuhan.
Dewasa ini marak ditemui
kejahatan. Ada kasus pembunuhan. Ada korupsi dan juga penipuan. Ada kasus perselingkuhan.
Dan masih banyak jenis kejahatan lainnya. Semua itu dapat dikatakan terjadi
karena manusia sombong. Kesombongan membuat manusia meninggalkan dan lupa pada Tuhan.
Mereka tidak lagi takut akan Tuhan. Mereka merasa dirinya mampu mengatasi hidup
ini tanpa campur tangan Tuhan.
Karena itulah, sabda Tuhan
hari ini menjadi sangat relevan. Tuhan meminta kita untuk membuang kesombongan
diri, dan mulai membangun sikap rendah hati. Dengan sikap rendah hati, maka hati
dan pikiran kita akan selalu terarah kepada Tuhan, dan ini akan menentukan
perbuatan kita. Jika hati dan pikiran kita sudah selalu terarah kepada Tuhan,
maka tidak akan ada ruang bagi perbuatan-perbuatan jahat dalam hidup.
Mari kita membangun sikap
rendah hati!