SELAIN pohon, kandang dan
lonceng natal, perayaan natal juga biasanya diidentikkan dengan kehadiran sosok
orang tua gendut berjanggut putih lebat dan berpakaian merah dengan mengendarai
kereta rusa sambil berteriak, “Ho.. ho.., ho....!” Yah, bagi orang kristiani, bahkan yang non kristen, tentu sudah tak
asing lagi dengan sosok ini. Dialah Santa Claus atau juga yang biasa dipanggil
Sinterklass.
Di beberapa daerah, sosok
tokoh ini sering hadir di mall-mall sebagai daya tarik. Banyak anak-anak akan
senang berfoto-ria dengan tokoh gendut ini, selain kerinduan menerima hadiah. Memang
umat islam tentu akan berusaha menghindari anak-anaknya untuk tidak bersentuhan
dengannya, karena adanya ajaran haram dari agamanya.
Pada umumnya orang
menyamakan saja kedua nama ini, Santa Klaus dan Sinterklas. Kebanyakan orang
sering melihat itu sebagai “satu sosok dengan dua nama berbeda”. Padahal
sebenarnya keduanya tidak sama. Antara Santa Claus dan Sinterklass terdapat
sedikit perbedaan.
Santa Claus adalah sosok
yang tinggal di Kutub Utara, sementara Sinterklass merupakan tokoh dongeng
Belanda yang dikisahkan tinggal di sebuah Kastil di Spanyol. Kesamaan keduanya
adalah bahwa keduanya suka memberi hadiah kepada anak-anak yang sepanjang tahun
menunjukkan kepribadian baik. Jadi, hadiah itu semacam reward karena
sudah menjadi anak baik.
Selain soal lokasi
tinggal, ada perbedaan dalam hal memberi hadiah. Santa Claus ingin agar
anak-anak meninggalkan kue untuk ditukarkan dengan hadiahnya. Sementara
Sinterklass ingin supaya anak-anak menaruh rumput di sepatu untuk rusanya. Nah, rumput itu nantinya akan ditukar
dengan hadiah natal. Ada kesan asas do ut des. Namun bukan untuk
asas itu proses take and give ini dilakukan. Di sini ada nilai
yang hendak ditanam dalam diri anak, yaitu agar anak juga bersedia memberi;
jangan hanya suka menerima dan menerima saja tanpa pernah mau memberi.
Selain itu, ada juga
perbedaan dalam perlakukan kedua sosok legenda ini kepada anak-anak yang nakal.
Terhadap anak-anak yang nakal, Santa Klaus akan memberi batu arang sebagai
ganti hadiah. Jadi, Santa Claus akan mengambil kue yang diletakkan anak-anak
dan menggantikannya dengan batu arang. Dari sini anak sadar bahwa selama
setahun yang lewat perlakuan buruknya lebih banyak. Lain dengan Sinterklass.
Sinterklass mempunyai seorang pengikut yang bertugas sebagai tukang hukum. Anak
yang nakal tidak akan mendapat hadiah. Mereka akan dimasukkan ke dalam karung
oleh pengikut Sinterklass yang dikenal dengan nama Piet Hitam.
Untuk pasar Indonesia,
kehadiran Sinterklass lebih populer daripada Santa Klauss. Mungkin efek hukuman
langsung dirasakan sebagai penyebab popularitas Sinterklass. Selain itu,
setelah menerima hukuman, umumnya anak tetap diberikan hadiah.
oleh: adrian, diolah kembali dari tulisan 6 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar