Rasul Paulus menggambarkan
dengan sangat bagus relasi suami dan istri, dengan membandingkannya dengan
relasi Kristus dan Gereja. Penggambaran ini dapat ditemukan dalam Efesus 5: 22– 33. Sangat dianjurkan sebelum dan sesudah membaca katekese ini, teks Efesus
itu dibaca. Bagi Paulus, kasih Kristus pada Gereja merupakan dasar relasi suami
istri (istri suami). Sama seperti Kristus, yang karena kasih mau berkorban demi
mendatangkan keselamatan sehingga Gereja patut menghormati Dia, demikian pula
suami dan istri.
Ada tiga poin penting pada
kasih Kristus untuk dijadikan teladan bagi suami istri. Pertama, kasih, yang terlihat dari tindakan melindungi (bdk. ay. 26
– 27) serta mengasuh dan merawat (ay. 28 – 29). Di sini suami istri harus
saling melindungi pasangannya. Kelemahan dan kekurangan pasangan jangan diumbar ke/di luar. Melindungi tidak hanya menjaga fisik, tetapi juga psikis dan jiwa
(iman) agar pasangan tidak bercela. Selain itu, suami istri juga harus saling
memperhatikan dan peduli. Sikap kasih ini juga harus dimunculkan dalam relasi
orangtua dan anak.
Kedua, pengorbanan, sama seperti
Kristus, yang “telah menyerahkan diri-Nya” (ay. 25). Pengorbanan Kristus bukan
untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk jemaat. Demikian pula suami istri harus
berkorban demi pasangannya. Pengorbanan ini juga harus dimunculkan dalam relasi
orangtua dan anak. Yang pertama harus dikorbankan adalah ego. Orangtua harus
berani berkorban demi anaknya. Misalnya, jika ingin anak kuliah, maka orangtua
harus berani mengorbankan keinginannya, seperti judi, mabuk-mabukan,
pemborosan, dll.
Ketiga, pengampunan. Pengorbanan
Kristus membawa pengampunan atas dosa jemaat. Sekalipun jemaat berdosa, Kristus
tetap mengampuni. Ini semua karena kasih. Demikian pula hendaknya suami istri.
Di saat salah satu berbuat salah, hendaknya mau mengorbankan egonya untuk
mengampuni. Pengampunan ini juga harus dimunculkan dalam relasi orangtua dan
anak.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar