Renungan Hari Senin Biasa XII B/II
Bac I 2Raj 17: 5 – 8, 13 – 15a, 18 ; Injil Mat 7: 1 –5
Dari penelitian ternyata
otak manusia lebih kuat mengingat hal negatif daripada hal positif atau
yang netral pada diri orang lain. Karena itulah, manusia cenderung memberi penilaian yang buruk pada orang lain. Dengan kata lain, manusia memiliki kecenderungan suka menghakimi orang lain; melihat kesalahan dan keburukan pada orang lain.
Pada hari ini Yesus mengajak kita untuk meninggalkan kecenderungan tersebut. "Janganlah kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi." Demikian sabda Yesus mengawali pengajaran-Nya hari ini. Dalam sabda-Nya itu ada sesuatu pesan yang mau disampaikan Yesus. Bukan cuma sekedar larangan untuk tidak menghakimi sebagai wujud mengubah kecenderungan itu, melainkan Yesus memberi penyadaran.
Lewat penyataan-Nya tadi, Yesus mau memberi penyadaran kepada kita bahwa kritik (bentuk lain dari menghakimi) itu ibarat pisau bermata dua. Sisi tajam satunya terarah kepada orang lain, namun sisi tajam yang lain (masih pisau yang sama) tertuju kepada diri sendiri. Kritik yang kita sampaikan kepada orang lain merupakan juga kritik bagi diri kita sendiri.
Di sini Yesus mau mengajak kita untuk tahu diri. Sebelum menilai orang lain, alangkah baiknya kita menilai diri sendiri. Jadi, bukan cuma mau melarang untuk tidak kritik, tapi justru kritikan itu bisa menjadi sarana kita untuk pemberesan diri. Karena kita diajak untuk berbenah diri dulu, baru bisa menyampaikan kritik.
Yesus menyadarkan kita bahwa setiap manusia pasti punya kesalahan dan keburukan. Tak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, hendaknya kita harus tahu diri, sehingga sebelum mengkritik orang lain, kita kritik dulu diri sendiri.
Dengan demikian, kita tak perlu takut akan kritik, baik mengkritik ataupun dikritik. Karena kritik bisa menjadi sarana yang membuat kita menjadi sempurna.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar