Renungan Hari Rabu Biasa VI – Thn I
Bac I Kej 8: 6 – 13, 20 – 22; Injil Mrk 8: 22 – 26
Dalam Injil hari ini Markus
menceritakan kisah penyembuhan orang buta di Betsaida. Diceritakan bahwa ketika
Tuhan Yesus dan para rasul-Nya tiba di sana, orang membawa kepada-Nya seorang
buta. Dan terjadilah mujizat penyembuhan. Orang buta itu akhirnya kembali bisa
melihat. Ada yang menarik dari kisah penyembuhan ini. Kesembuhan tidak terjadi
sekali tindakan saja. Setelah Tuhan Yesus melakukan tindakan orang buta itu
tidak langsung bisa melihat dengan jelas. “Aku melihat orang, sebab melihat
mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” (ay. 24). Baru
tindakan kedua, orang buta itu sembuh dan bisa melihat dengan jelas.
Apa yang terjadi pada
peristiwa penyembuhan orang buta ini, tak jauh beda dengan peristiwa Nuh.
Setelah hujan berhenti dan sesudah 40 hari, saat Nuh membuka tingkap bahtera,
tidak serta merta mereka bisa keluar dari bahtera, karena air masih menggenangi
bumi. Setelah melalui beberapa percobaan, akhirnya didapat kepastian air sudah
kering sehingga mereka yang di bahtera bisa keluar. Dan dikatakan bahwa Nuh
mendirikan mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran (ay. 20).
Sabda Tuhan dalam
bacaan-bacaan liturgi ini mau menunjukkan kepada kita betapa Allah menghargai
proses. Allah tidak menyembuhkan orang buta dengan sekali tindakan saja. Allah
juga tidak membuat air bah kering seketika juga. Semua ada tahapannya; ada
prosesnya. Dengan proses ini kita diajak untuk bersabar sehingga kita pun dapat
menghargai proses. Dengan demikian kita bisa bertekun dalam pengharapan. Keselamatan
tidak memberikan hikmah rohani secara instan. Semuanya indah pada waktunya,
bukan indah seketika.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar