SANTO HERMAN YOSEF, PENGAKU IMAN
Herman Yosef lahir pada
sekitar tahun 1150 di Cologna. Tabiatnya yang baik dan hidupnya yang saleh
diwarisi dari orangtuanya. Semenjak kecilnya ia menaruh cinta yang luar biasa
kepada Bunda Maria dan Yesus. Di kalangan kawan-kawannya Herman dikenal sebagai
anak periang, rajin dan ramah. Selain rajin bergaul dengan kawan-kawannya, ia
sealu menyempatkan dirinya untuk bercakap-cakap dengan Bunda Maria dan Tuhan
Yesus di dalam Gereja.
Suatu kali, ketika Herman
berangkat ke sekolah, ia menyempatkan diri berdoa kepada Bunda Maria dan Tuhan
Yesus di dalam gereja. Kepada Bunda Maria dan Yesus ia mempersembahkan sebutir
apel yang diberikan ayahnya sebagai bekal sekolah. Ia mengulurkan apel itu
kepada Yesus, namun ia tidak cukup tinggi untuk dapat mencapai tangan Yesus. Ia
mau memanjat patung itu tapi merasa tidak sopan. Dengan sungguh ajaib bahwa
tiba-tiba Bunda Maria tersenyum lalu membungkuk menerima pemberiannya. Herman
tertawa ceria. Sesudah berpamitan ia keluar dari gereja karena takut terlambat.
Herman mengangap Bunda Maria
dan Yesus sebagai teman akrabnya. Setiap kali ia singgah di gereja untuk
membisikkan isi hati dan menceritakan pengalamannya. Pernah ia datang tanpa
bersepatu, padahal pagi itu udara sangat dingin. Bunda Maria menunjuk ke sebuah
ubin yang terlepas. Herman membalik ubin itu dan mendapati sejumlah uang buat
membeli sepatu. Setelah itu, setiap kali Herman memerlukan sesuatu, di tempat
itulah selalu tersedia apa yang diperlukannya.
Ketika berusia 12 tahun,
tiba-tiba Bunda Maria minta agar ia masuk biara. Herman merasa heran. “Bukankah
saya masih terlalu kecil?” ujarnya. Ternyata ia diterima juga sebagai postulan,
dan kemudian novis dalam Ordo Santo Norbetus di Steinfeld. Atas permintaan Bunda
Maria ia menambah namanya menjadi ‘Herman Yosef’. Sebagai seorang biarawan,
Herman rajin membina dirinya dengan berbagai latihan rohani setiap pagi, selain
sibuk dengan pekerjaan rumah tangga biara. Cintanya kepada Bunda Maria dan
Yesus, dan hormatnya akan Sakramen Mahakudus makin meluap. Setiap pagi ia
merayakan ekaristi dan selalu melelehkan linangan air matanya.
Jikalau ia mengalami
kekacauan batin, Bunda Maria datang menghiburnya. Kepadanya Bunda Maria selalu
berkata, “Tidak ada yang lebih berkenan kepada Allah daripada melayani saudara-saudara
karena cinta kepada Allah.” Herman kemudian menjadi sakrista (koster). Pekerjaan
ini sangat disukainya, karena dengan itu ia dapat leluasa mengunjungi Sakramen
Mahakudus. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia sering mengalami ekstase pada
waktu mempersembahkan kurban misa. Karena kesucian hidup dan kesederhanaannya,
Herman sangat disukai oleh banyak orang, teristimewa rekan-rekannya sebiara.
Herman dikenal sebagai
seorang penyair yang pandai. Syairnya yang pertama dikarang untuk meluhurkan
Sakramen Mahakudus. Ia juga mengarang banyak lagu, terutama untuk menghormati Bunda
Maria. Selain karya-karya yang membutuhkan kehalusan budi itu, Herman juga
dikenal sebagai seorang teknisi. Ia dapat memperbaiki arloji. Karena itu ia
sering diminta untuk memperbaiki jam biara ataupun arloji besar yang terletak
di menara gereja. Bahkan ia tidak saja dapat memperbaiki arloji. Ia bisa juga
membuatnya. Menurut beberapa ahli sejarah, besar kemungkinan bahwa Herman-lah
orang pertama yang membuat arloji. Ia meninggal dunia pada tahun 1241 dalam
usia 90 tahun, ketika sedang merayakan upacara sengsara dan wafat Tuhan di
sebuah biara suster.
sumber:
Iman Katolik
Baca
juga orang kudus hari ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar