SANTO DAUD, RAJA ISRAEL YANG TERBESAR
Daud (Yunani: Dauid; Ibrani:
Dawid) artinya “Yang terkasih” adalah Raja Israel kedua dan yang terbesar
sekitar tahun 1010 sampai 970 SM (1Sam 16; 1Raj 2; Kis 7: 45). Tanggal kelahirannya
tidak diketahui dengan pasti, tetapi ia meninggal dunia di Israel pada tahun
973 SM. Ia seorang Efrata dari Betlehem, dan anak bungsu Isai (1Sam 16: 11; 17:
12; 1Taw 2: 15; Mat 1: 5 – 6; Luk 3: 31). Kecintaan umat Israel kepada Daud
terutama karena ia berhasil membunuh Goliath, panglima perang bangsa Filistin.
Sebagai seorang pejuang
muda, Daud diagungkan sebagai seorang pahlawan. Cinta dan puji-pujian rakyat
ini membangkitkan amarah dan kecemburuan Raja Saul, yang kemudian berusaha
membunuh Daud. Namun Daud tetap tenang dan bersikap jantan menghadapi rencana
jahat Saul. Ia mengungsi ke padang gurun Yudea dan berhasil memikat hati
suku-suku bangsa yang berdiam di sana. Ia menikahi Aninoam, Abigail dan
akhirnya dengan Mikhal. Dari sana ia menyusun rencana untuk memanfaatkan setiap
kesempatan untuk menggulingkan Saul yang dianggap sebagai ‘orang yang diurapi
Tuhan’.
Setelah Saul meninggal
dunia, Daud diurapi sebagai raja atas Yudea di Hebron, sektor selatan Israel. Sekitar
tujuh tahun kemudian, setelah Abner meninggal dunia, Daud diakui sebagai raja untuk
seluruh Israel sampai ia mati. Manuver politik pertama yang dilancarkan Daud
sebagai raja ialah menaklukkan suku bangsa Yebusi dan merebut Yerusalem yang
dikuasai oleh suku itu. tempat tinggal raja dipindahkan ke Yerusalem. Di sana
ia menikah dengan Batsyeba.
Untuk mempertahankan
kedudukannya, ia harus menaklukkan setiap kota Kanaan atau mengintegrasikannya
ke dalam suku-suku Israel. Sebaliknya Daud juga harus mempersatukan suku-suku
yang masih berdiri sendiri-sendiri, terutama suku-suku Utara dan Selatan,
menjadi satu bangsa. Oleh sebab itu, ia bersikap lunak sekali terhadap keluarga
Saul (2Sam 1: 1 – 16; 3: 13 – 16), memilih tempat tinggal di daerah yang tidak
dikuasai oleh bangsa Israel, memindahan Tabut Perjanjian Allah (2Sam 6: 1 – 9),
membuat persiapan untuk membangun kenisah pusat (2Sam 7; 24: 18 – 25), dan
membentuk suatu pasukan yang tangguh (1Taw 27: 1 – 15).
Hamper seluruh daerah Barat
sungai Yordan dikalahkan oleh Daud. Para bangsa Edom, Aram, Moab dan Ammon
ditaklukkannya. Tetapi kerajaannya yang begitu gemilang dikeruhkan oleh kejadian-kejadian
dan intrik-intrik pribadi: tingkahnya sendiri terhadap Uria dan Batsyeba (2Sam
13: 1 – 22); pemberontakan dan kematian Absalom (2Sam 15; 18: 1 – 19: 9) dan
intrik-intrik untuk mewarisi takhta.
Kitab Raja-raja mengisahkan
keinginan Daud untuk mendirikan satu kediaman yang pantas untuk menyimpan Tabut
Perjanjian Allah, namun ia meninggal dunia sebelum melaksanakan niatnya itu.
kemudian Salomo, puteranya sendiri merealisasikan rencananya yang luhur itu
dengan mendirikan sebuah kenisah. Daud meninggal dunia dalam keadaan sakit tua
pada tahun 973 SM, kira-kira dalam usia 70 tahun. Makamnya masih dikenal pada
zaman Nehemia (2Sam 3: 16), dan pada zaman Yesus Kristus (Kis 2: 29). Daud adalah
leluhur Yesus melalui Yusuf. Ia juga seorang nabi karena dalam Mazmur-mazmur
yang diciptakannya, ia menubuatkan kedatangan Kristus (Sir 47: 8; Kis 1: 16; 2:
25, 34; 4: 25; Rom 4: 6; 11: 9; Ibr 4: 7), serta kebangkitan Kristus (Kis 2: 29
– 36; 13: 34 – 37)
sumber:
Iman Katolik
Baca
juga orang kudus hari ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar