Selasa, 14 September 2021

STUDI PENGANTAR KISAH PARA RASUL

 

Selama tiga tahun hidup-Nya di depan umum, Yesus meletakkan dasar-dasar Jemaat: Ia mengumpulkan murid-murid-Nya dan menghubungkan mereka, dengan pengutusan-Nya (Mrk 3:13-16). Ia memilih Petrus untuk bertanggung jawab atas jemaat (Mat 16:18) dan menjadikannya sebagai penjaga iman (Luk 22:31), dari umat Allah yang baru. Ia menjadikankedua belas rasul dan murid-Nya sebagai persekutuan para saksi (Yoh 15:16) dan menjanjikan mereka karunia Roh Kudus yang akan membantu mereka memahami Kepenuhan Terang yang telah dibawa ke dalam dunia (Yoh 16:13).

Sekarang, Tuhan telah bangkit, dan dari lambung yang tertombak, Yesus “melahirkan” suatu umat baru, dunia baru lewat darah dan air, seperti seorang anak dengan darah dan air lahir dari rahim ibunya (Yoh 19:34). Jemaat injili, diterangi oleh Sabda Yesus, dan dihidupi oleh Roh-Nya, diutus untuk mewartakan perbuatan-perbuatan ajaib "Allah sampai ke ujung bumi dan mengumpulkan menjadi satu, anak-anak Allah-yang tersebar (Yoh 11:52).

Dua tokoh besar: Petrus dan Paulus menonjol dalam pewartaan Injil. Petrus, secara khusus akan mengabdikan seluruh hidupnya bagi pewartaan Injii di kalangan orang-orang Yahudi. Sementara Paulus akan menjadi rasul bagi orang-orang bukan Yahudi (Gal 2:7-8).

Lukas, penulis Injil ketiga, menulis mengenai awal kehidupan Gereja dalam buku Kisah Para Rasul. Jika, seperti dalam Injil-injil, beberapa cerita dalam Kisah Para Rasul sudah ada sebelumnya, yaitu kisah yang menjadi acuan bagi Lukas untuk menulis kitabnya ini, maka keseimbangan yang telah diperoleh dalam mengedit teks yang beraneka ragam sungguh-sungguh luar biasa, karena sampai sekarang, sangat sulit mengidentifikasi teks-teks yang berbeda ini.

Senin, 13 September 2021

SEBUAH STUDI PENGANTAR KITAB SUCI

 

Perjanjian Baru adalah sebuah kumpulan 27 kitab dari Kitab Suci yang ditulis selama 70 tahun setelah kebangkitan Yesus. Gereja para rasul melihat dalam kitab-kitab ini suatu ungkapan iman mereka yang otentik. Gereja telah mengakui secara resmi bahwa kitab-kitab ini diilhami oleh Allah, sabagai sabda Allah. Sama seperti dalam Perjanjian Lama, kitab-kitab ini tidak begitu saja jatuh dari langit, sebaliknya kita mengakuinya sebagai milik para rasul dan para pewarta Injil dalam Gereja Perdana. Kitab-kitab ini tidak bermaksud untuk menjawab semua pertanyaan kita mengenai iman, melainkan suatu kumpulan kesaksian dimana kita menemukan pribadi Yesus dan cara Gereja perdana melihat dirinya dijiwai dan digerakkan oleh kuasa kebangkitan-Nya. Kehendak Allahlah yang membuat orang-orang Kristen dari segala abad dapat mengenal Yesus dan karya penebusan-Nya melalui kesaksian-kesaksian yang dahsyat ini.

Tetapi mengapa suatu perjanjian baru ditempatkan setelah Perjanjian Lama? Semata-mata karena setiap perjanjian membentuk suatu bagian sejarah keselamatan dan pewahyuan Allah dalam sejarah. Salib Yesus memisahkan dua fase ini.

Dalam Perjanjian Lama sebuah bangsa dibentuk. Mereka bertumbuh melalui pengalaman mereka, dan setelah berharap akan seribu satu hal yang dicari semua orang, mereka baru mengerti bahwa yang benar-benar penting adalah mengharapkan dan mencari kerajaan keadilan dimana semua orang akan diciptakan baru. Ketika kita membaca sejarah Kitab Suci, kita dapat melihat arah yang ditempuh dan menemukan tahap-tahap berbeda dan tokoh-tokoh kuncinya. Israel menemukan nilai luhur eksistensi dan kehidupan sosial. Kita mengerti mengapa mereka memerlukan waktu berabad-abad untuk menemukan suatu yang melampaui pemahaman mereka. Kita mengerti mengapa kesejahteraan Kerajaan Israel kuno tidak dapat bertahan lama dan mengapa penting bagi umat Allah untuk menginsafi dan menyadari apa yang hilang dalam kekuasaan dan kemuliaan duniawi. Kita melihat mengapa, setelah bermunculan banyak juruselamat palsu, Juruselamat sejati datang bagi mereka yang sementara mengalami krisis akhir di bawah penindasan Romawi dan radikalisasi kekuatan-kekuatan politik.

Minggu, 12 September 2021

MENGENAL TATA PERAYAAN EKARISTI

 


Salah satu perayaan liturgi yang khas bagi umat katolik adalah ekaristi, atau biasa dikenal juga dengan sebutan misa. Umat katolik merayakan ekaristi sebagai bentuk melakukan apa yang diminta Yesus saat perjamuan terakhir dengan para rasul. Saat itu Yesus berpesan, “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku.” Perjamuan terakhir merupakan simbolisasi dari kurban salib. Pada saat perjamuan itu Yesus menyerahkan tubuh-Nya dalam wujud roti dan darah-Nya dalam wujud anggur. Ini adalah kenangan awal akan penyerahan diri-Nya di kayu salib keesokan harinya. Kurban salib memiliki makna penebusan dosa umat manusia.

Jadi, dengan merayakan ekaristi, kita tidak hanya mengenangkan peristiwa perjamuan malam terakhir Yesus bersama para rasul, tetapi juga peristiwa salib dimana Yesus mengurbankan diri-Nya untuk penebusan dosa manusia. Perayaan ekaristi bukan hanya peristiwa lampau yang tak punya dampak pada masa kini. Setiap kali kita misa, kita disadarkan akan pengurbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa kita, saya dan kalian.

Bagaimana sebenarnya bentuk perayaan ekaristi itu? Dengan lebih mengenal, maka kita akan dapat menghayatinya dengan lebih baik. Pada prinsipnya, perayaan ekaristi dibagi ke dalam 4 upacara, yaitu ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi ekaristi dan ritus penutup. Uraian ini lebih mengikuti Pedoman Umum Misale Romawi dan TPE 2021.

Ritus Pembuka