Senin, 06 Agustus 2018

MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK

Tentulah setiap orangtua ingin agar anaknya memiliki rasa percaya diri yang bagus. Percaya diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai target tertentu. Banyak orangtua berpikir bahwa rasa percaya diri yang bagus dapat membantu anak berprestasi dan sukses.
Rasa percaya diri bukan sesuatu yang sudah ada dalam diri seseorang, melainkan butuh pelatihan sejak usia dini melalui berbagai eksperiensi dan eksplorasi, misalnya dengan menjajal sesuatu, bergerak bebas, dan lain-lain. Kata Erikson, orangtua yang sanggup memberikan kasih sayang dan rasa aman, akan memupuk kepercayaan diri anak. Kasih sayang dan rasa aman itu akan menancapkan kesimpulan dalam pikiran anak: ternyata dunia ini bersikap baik sehingga tak ada alasan untuk takut.
Orangtua yang pintar mengembangkan naluri berotonomi si anak (misalnya bebas bermain atas keputusannya), pintar menyalurkan hak berinisiatif atau yang pintar memberi kesempatan kepada anak untuk mengasah berbagai kebolehan dan kebiasaan (kompetensi), akan memupuk kepercayaan dirinya.
Karena itu, model pola asuh negatif menghambat pertumbuhan rasa percaya diri anak. Pola asuh negatif itu seperti terlalu sering memberi label negatif pada anak, terlalu sering memotong proses eksplorasi anak, selalu membuat perbandingan negatif, terlalu mengabaikan prestasi anak dan suka memberi ancaman atau rasa takut.
by: adrian

Jumat, 03 Agustus 2018

PERBEDAAN ITU INDAH

Setiap manusia adalah unik. Keunikannya tersebut membuat manusia berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan bisa saja mencakup pribadi manusia secara person, maupun secara sosial. Secara person atau individual hal ini sudah pasti. Saya berbeda dari Anda: soal jenis kelamin, warna kulit, rambut, minat, dll. Maria berbeda dengan Fatimah. Tak ada manusia yang sama. Sekedar mirip ada. Perbedaan juga terjadi secara sosial. Maria dan Fatima berbeda bukan saja karena pribadi mereka berbeda, melainkan juga secara sosial. Maria kristen, dan Fatima islam; yang satu Flores, satunya lagi Arab.
Melihat realita perbedaan inilah, akhirnya muncul retorika-retorika klasik. “Perbedaan itu indah.” Atau ada juga yang mengatakan “Perbedaan itu rahmat.” Dengan adanya pernyataan ini, diharapkan orang tidak mempermasalahkan atau mempertentangkan perbedaan yang ada. Kenapa dikatakan retorika? Alasannya karena kebenaran pernyataan itu sering hanya terdapat pada pernyataan tersebut, dan tidak tampak dalam kehidupan nyata. Atau, pernyataan itu benar sejauh perbedaan yang dialami disukai, tapi ketika perbedaan itu tak disukai, maka pernyataan itu dihilangkan.
Berikut ini kami tampilkan 3 gambar dengan tema dasar PERBEDAAN. Gambar ini bukan sekedar gambar biasa. Di dalamnya terkandung makna dan pesan. Dibutuhkan hati dan budi yang terbuka agar dapat menemukan makna dan pesan. Jika melihat hanya dengan emosi, maka yang didapat hanyalah kemarahan dan kebencian. Namun di atas semua itu adalah bagaimana kita melihat dan menyikapi gambar-gambar tersebut.

Senin, 30 Juli 2018

PERAN IBU DALAM PERTUMBUHAN MORAL ANAK


Orangtua pasti ingin anaknya tumbuh sehat secara fisik, psikis dan moral. Nilai-nilai moral tak begitu saja muncul dalam diri anak, tapi melalui suatu pembelajaran terus menerus sejak usia dini. Ibu musti berperan aktif membantu anak menemukan dan menanamkan nilai moral. Satu tantangan dewasa ini ketika anak lebih banyak diserahkan kepada babysitter. Babysitter hanya memberi perawatan fisik, bukan soal penanaman nilai moral.
Berdasarkan penelitian, ibu adalah kunci utama pertumbuhan moralitas anak. Interaksi ibu dan anak, baik lewat sentuhan maupun percakapan, berpengaruh besar bagi perkembangan moralitas anak. Caranya dengan bercakap-cakap sambil bermain atau menceritakan dongeng. Interaksi itu membuat anak bisa mengekspresikan perasaan bersalah, lebih memahami perasaan orang lain, mempercepat pemahaman serta kompetensi bahasa.
Interaksi ibu dan anak penting dibangun sejak dini karena dasar perkembangan moral anak ada pada tiga tahun pertamanya. Interaksi menyenangkan terbukti dapat memediasi respon timbal balik antara ibu dan anak dengan kognisi atau emosi serta perilaku moral anak di masa depan. Suasana hati yang positif dapat tumbuh sehingga meningkatkan penerimaan anak terhadap ibunya. Penerimaan ini mempermudah ibu menanamkan nilai-nilai moral.
Jadi, meski terlibat aktif di luar, ibu harus meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan anak. Hendaklah anak dapat merasakan adanya keterikatan dengan ibunya. Rasa keterikatan itu memudahkan anak memahami pesan-pesan moral yang ditanamkan ibu.
by: adrian