Jumat, 29 Juni 2018

INI ALASAN KENAPA ISLAM MENGHARAMKAN ANJING

Babi adalah binatang yang diharamkan dalam islam. Umat islam dewasa ini hanya tahu bahwa yang namanya babi itu haram hukumnya, tapi mereka tidak tahu (tidak mau tahu) persoalan pengharaman babi ini. Artinya, masih ada ruang untuk mempertanyakan soal pengharaman babi. Ini hanya berlaku bagi mereka yang masih punya nalar, sehingga mau berpikir. Tentang topik ini, kami pernah menulisnya di “Pengharaman Babi”.
Selain babi, masih ada binatang lain lagi yang masuk kategori haram atau najis. Hewan itu adalah anjing. Sama seperti babi, pengharaman anjing juga masih bisa dipersoalkan. Jika kita merujuk pada Al-Qur’an, hanya ada tiga kata anjing ditemui dalam dua surah, yaitu Al-Araaf dan Al-Kahfi. Tiga teks dalam dua surah tersebut tidak berisi larangan atau pengharaman terhadap anjing. Artinya, tidak ada perintah dari Allah yang mengharamkan anjing atau melarang umat islam untuk bersentuhan dengan anjing.
Lalu, dari mana perintah pengharaman itu?
Pengharaman atau penajisan anjing dalam islam datang dari perintah nabi Muhammad. Hal ini dapat ditemui dalam dua hadis yang paling dipercaya, yaitu Hadis Bukhari dan Hadis Muslim. Masalah ini tidak jauh beda dengan soal pengharaman babi. Allah tidak mengharamkan atau menajiskan, tapi manusia (nabi Muhammad) yang mengharamkan. atau menajiskan Jadi, kenapa umat islam  lebih taat kepada Muhammad daripada Allah? Mungkin umat islam berpikir bahwa taat kepada nabi Muhammad sama artinya taat kepada Allah.
Namun tulisan ini bukan mau mempertentangkan perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadis tentang pengharaman anjing. Tulisan ini akan lebih fokus pada persoalan pengharaman tersebut yang ada dalam hadis. Di sini kita akan melihat kenapa anjing diharamkan atau dinajiskan.
Seperti sudah dikatakan di atas, sumber pengharaman atas anjing ini ada pada dua hadis terpercaya, yaitu Hadis Muslim dan Hadis Bukhari. Untuk sumber teksnya, kami mengambil dari spokane islamic center.
Soal penajisan anjing dalam islam didasarkan pada perkataan nabi Muhammad sendiri. Dalam HS Muslim 24: 5249, 5250, dan 5254 dikatakan bahwa Muhammad telah berkata, “Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah jika di sana ada seekor anjing.” Islam meyakini bahwa malaikat merupakan utusan Tuhan, yang datang menyampaikan pesan Allah. Jika gara-gara anjing pesan Allah itu tidak sampai, tentulah umat akan mengalami kerugian. Karena itulah, anjing dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Tapi, bagaimana bisa dikatakan bahwa anjing menghalangi kedatangan malaikat?

PAUS FRANSISKUS: GOSIP HANCURKAN KARYA ALLAH


Dalam sambutan audiensi mingguan di Lapangan St. Petrus di Vatikan pada 6 Juni lalu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa perdamaian adalah sebuah karunia yang bisa dengan mudah dihancurkan oleh gosip dan ucapan buruk terhadap sesama. “Gosip bukan merupakan sebuah karya Roh Kudus, bukan sebuah karya persatuan Gereja. Gosip menghancurkan karya Allah. Mohon berhenti bergosip,” ujar Paus Fransiskus.
Meneruskan rangkaian pembicaraan tentang penguatan, Paus Fransiskus berbicara tentang karunia Roh Kudus yang diterima oleh umat kristiani dalam sakramen. Ketika seseorang diurapi minyak, karunia itu “merasuk ke dalam diri kita dan berbuah sehingga kita bisa kemudian memberikan karunia ini kepada sesama,” jelasnya. Karunia bukan untuk disimpan “seolah-olah jiwa itu seperti gudang penyimpanan."
Meskipun biasanya uskup – penerus para rasul dan penjamin persatuan Gereja – yang memberikan Sakramen Penguatan kepada seseorang, ia juga berperan seperti umat kristiani dalam mewartakan cinta kasih. “Sebagian orang mungkin berpikir bahwa di dalam Gereja ada tuan – Paus Uskup, imam – dan kemudian pelayan lainnya,” kata Paus Fransiskus. “Tidak. Gereja selalu berarti setiap orang. Dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk saling menguduskan, saling peduli. Gereja itu ‘kita’. Setiap orang punya tugas di dalam Gereja, tetapi kita semua adalah Gereja.”

Selasa, 26 Juni 2018

MENJADI PEMILIH CERDAS MENURUT AJARAN KRISTIANI


Tak lama lagi beberapa daerah di Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi dalam acara pemilihan umum untuk kepala daerah atau biasa dikenal dengan istilah pilkada. Setelah disuguhi dengan janji-janji manis dalam masa kampanye, saat ini masyarakat memasuki masa tenang. Kiranya baik para pemilih menenangkan diri dan merefleksikan pilihannya nanti. Perlu disadari bahwa pilihan kita nanti akan membawa dampak 5 tahun ke depan. Untuk itu dibutuhkan kecerdasan dalam menentukan pilihan.
Umat islam sudah mempunyai pedoman dalam menentukan pilihannya. Dasar pertama adalah memilih yang seagama atau seiman. Umat islam dilarang memilih calon pemimpin yang tidak beragama islam, alias kafir. Hal ini sudah diamanatkan dalam Al-Qur’an. Bagaimana jika dalam pilkada itu calon-calonnya sama-sama beragama islam? Di sini pun umat islam sudah punya ketentuan, yaitu memilih yang memperjuangkan kepentingan islam.
Demikianlah dengan umat islam dalam menghadapi PEMILU. Bagaimana dengan umat kristiani? Bagaimana cara orang kristen menentukan pilihannya dalam pilkada nanti? Apa yang dikatakan dalam Injil atau Kitab Suci?
Ada beberapa prinsip kristiani terkait PEMILU ini yang harus dijadikan pegangan bagi umat kristen. Pertama, tidak membatasi pilihan pada calon yang seagama, sesuku atau lainnya. Dasarnya ada pada nasehat Tuhan Yesus dalam Injil Markus 9: 38 – 41. Yesus bersabda, “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” Di sini orang kristiani tidak diajarkan untuk memilih hanya calon yang seiman atau seagama dengan dirinya. Yang tidak seagama tidak boleh dipilih. Jadi, memilih pemimpin tanpa harus melihat agama, suku, ras dan partainya, tua atau muda, pria atau wanita. Yang penting calon itu haruslah berjuang demi kebaikan bersama, menjaga nilai-nilai PANCASILA dan UUD ’45. Inilah prinsip pertama yang harus menjadi pegangan bagi orang kristen dalam menentukan pilihannya.
Sejalan dengan prinsip di atas, lahirlah prinsip kedua, berusaha mengenal pilihan. Sistem PEMILU saat ini hanya membantu orang untuk tahu pilihannya, namun masih sebatas wajah dan identitas. Sistem ini belum menjamin orang untuk mengenal siapa yang dipilih. Karena itu, kebanyakan orang memilih hanya terpusat pada wajah: ganteng, menarik, cantik; dan/atau juga pada identitas: suku, agama, usia. Bagaimana orang kristen bisa mengenal calon pemimpinnya? Orang kristen akan mengikuti nasehat Tuhan Yesus dalam Injil Matius 7: 15 – 20.