Rabu, 21 Maret 2018

INI CARA MENGETAHUI KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT

Kecepatan jalan seseorang ternyata tidak hanya menunjukkan suasana hati dan emosinya, tetapi juga kepribadiannya. Salah satunya adalah kepribadian introvert dan ekstrovert. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science.
Penelitian ini mengatakan bahwa orang-orang ekstrovert berjalan lebih cepat ketimbang rekan mereka yang introvert.
Para peneliti di Amerika Serikat dan Perancis menemukan, orang yang berjalan relatif cepat cenderung lebih tinggi nilai extraversion – tipe kepribadian yang minatnya lebih mengarah ke alam dan fenomena sosial, openness (imajinatif, kreatif dan artistik), conscientiousness-nya (kemampuan fokus), dan lebih rendah untuk neuroticsm (pengaruh dan pengendalian emosi).
Extraversion berhubungan dengan kecepatan berjalan rata-rata 0,06 meter per detik. “Studi ini membuktikan kecepatan berjalan merefleksikan kepribadian individu,” ungkap peneliti.
Untuk sampai pada temuan ini, para peneliti mengumpulkan data dari lebih 15.000 orang dewasa demi mengetahui kepribadian mereka dan cara berjalannya. Data kepribadian para partisipan diambil melalui survei berdasarkan lima kepribadian besar, yakni extraversion, openness, conscientiousness, agreeableness dan neuroticsm.
Kepribadian tak hanya mempengaruhi kecepatan berjalan, tetapi juga cara berjalan. Mereka yang lebih rendah nilai neuroticism dan lebih tinggi nilai extraversion, openness, dan conscientiousness-nya, cenderung tak mengurangi kecepatan berjalannya ketimbang orang lainnya.
Sebuah studi sebelumnya memperlihatkan, mereka yang lebih tinggi nilai neuroticism dan conscientiousness yang lebih rendah kurang aktif bergerak dan lebih banyak melakukan perilaku sedentary (tak beraktivitas).
“Jika Anda pergi bersama keluarga, lalu orangtua Anda bilang, ‘cepat’, ‘Ayo’ atau ‘Lihat ini’, itu akan berpengaruh pada kecepatan berjalan Anda,” tutur Patti Wood, penulis buku Snap: making the Most of First Impressions.
sumber: Tempo Gaya

Senin, 19 Maret 2018

KASIH KRISTUS DASAR RELASI SUAMI ISTRI

Rasul Paulus menggambarkan dengan sangat bagus relasi suami dan istri, dengan membandingkannya dengan relasi Kristus dan Gereja. Penggambaran ini dapat ditemukan dalam Efesus 5: 22– 33. Sangat dianjurkan sebelum dan sesudah membaca katekese ini, teks Efesus itu dibaca. Bagi Paulus, kasih Kristus pada Gereja merupakan dasar relasi suami istri (istri suami). Sama seperti Kristus, yang karena kasih mau berkorban demi mendatangkan keselamatan sehingga Gereja patut menghormati Dia, demikian pula suami dan istri.
Ada tiga poin penting pada kasih Kristus untuk dijadikan teladan bagi suami istri. Pertama, kasih, yang terlihat dari tindakan melindungi (bdk. ay. 26 – 27) serta mengasuh dan merawat (ay. 28 – 29). Di sini suami istri harus saling melindungi pasangannya. Kelemahan dan kekurangan pasangan jangan diumbar ke/di luar. Melindungi tidak hanya menjaga fisik, tetapi juga psikis dan jiwa (iman) agar pasangan tidak bercela. Selain itu, suami istri juga harus saling memperhatikan dan peduli. Sikap kasih ini juga harus dimunculkan dalam relasi orangtua dan anak.
Kedua, pengorbanan, sama seperti Kristus, yang “telah menyerahkan diri-Nya” (ay. 25). Pengorbanan Kristus bukan untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk jemaat. Demikian pula suami istri harus berkorban demi pasangannya. Pengorbanan ini juga harus dimunculkan dalam relasi orangtua dan anak. Yang pertama harus dikorbankan adalah ego. Orangtua harus berani berkorban demi anaknya. Misalnya, jika ingin anak kuliah, maka orangtua harus berani mengorbankan keinginannya, seperti judi, mabuk-mabukan, pemborosan, dll.
Ketiga, pengampunan. Pengorbanan Kristus membawa pengampunan atas dosa jemaat. Sekalipun jemaat berdosa, Kristus tetap mengampuni. Ini semua karena kasih. Demikian pula hendaknya suami istri. Di saat salah satu berbuat salah, hendaknya mau mengorbankan egonya untuk mengampuni. Pengampunan ini juga harus dimunculkan dalam relasi orangtua dan anak.
by: adrian

Jumat, 16 Maret 2018

MENGENAL ISTRI-ISTRI SANG INSAN KAMIL

Muhammad, oleh umat islam, tidak hanya dikenal sebagai nabi (terakhir) tetapi juga al insan al kamil, manusia sempurna. Namun sayangnya, ketika ditanya dimana letak kesempurnaan Muhammad, tidak ada kata sepakat di antara umat islam. Bagi orang non muslim, kata tersebut sungguh sangat membingungkan, secara khusus ketika melihat sisi gelap Muhammad, seperti terorisme dan juga istri-istri beliau.
Terkait dengan istri, ada banyak simpang siur soal jumlah. Ini baru istri, belum lagi soal gundik. Berikut ini akan ditampilkan data wanita-wanita yang pernah dinikahi Muhammad. Data ini diambil dari buku tulisan Tabari (vol. ix, hlm. 120 – 141), yang ada di quran dan hadist. Umat islam, karena sudah memahami Muhammad sebagai manusia sempurna, pasti akan mengatakan bahwa pernikahan-pernikahan tersebut bukanlah demi nafsu, tetapi untuk melindungi. Dari keterangan di bawah ini, silahkan pembaca menilai dengan mengaitkan gelar Muhammad sebagai manusia sempurna. Bagi mereka yang menggunakan akal sehat, pastilah alasan yang dikemukaan umat islam tidak akan masuk nalarnya.
01. Khadijah binti Khuwaylid. Ini adalah istri Muhammad yang pertama. Muhammad menikahi Khadijah yang berusia 40 tahun saat berusia 24 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 619.
02. Sawdah binti Jamah. Ketika menikahi Sawdah, Muhammad berusia di atas 50 tahun. Tidak tahu persisnya tahun berapa mereka menikah. Usia Sawdah saat menikah pun tidak diketahui dengan pasti.
03. Aisha binti Abu Bakr. Ini adalah istri favorit Muhammad. Aisha disunting Muhammad ketika masih berusia 6 tahun, sementara Muhammad sudah berusia 50 tahun. Akan tetapi, Muhammad baru meniduri/bersetubuh dengan Aisha ketika Aisha berusia 9 tahun (bdk. HS Bukhari, buku 7, volume 7, no 89).
04. Hafsah binti Umar. Waktu menikahi Hafsah, Muhammad berusia 55 tahun. Ada kisah menarik mengenai kehidupan dua tokoh ini. Suatu hari Hafsah mendapati Muhammad dengan budaknya, Mariyah, di ranjang Hafsah. Hal ini membuat Hafsah histeris.
05. Umm Salamah.