Rabu, 28 Februari 2018

PEMILU 2018 - 2019: PERTARUNGAN ANTARA ISLAM DAN NASIONALIS

Tahun 2018 dan tahun 2019 merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia, karena pada tahun tersebut akan dilangsungkan pesta demokrasi: Pemilihan Umum (Pemiliu). Ada dua Pemilu yang akan diselenggarakan, yaitu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), yang akan diadakan serentak di 171 propinsi dan kabupaten/kota pada Juni 2018, dan Pemilihan Presiden di tahun 2019.
Nuansa politik pertarungan sudah mulai terasa saat ini. Akan tetapi, jika dicermati, pertarungan ini bukan terjadi antar partai-partai politik yang ada, melainkan pertarungan antara islam dan nasionalis. Ada dua kelompok yang bertarung, yaitu kelompok islam, yang diwakili oleh islam garis keras, dan kelompok nasionalis, yang diwakili oleh partai-partai yang memperjuangkan kesatuan dan kesejahteraan bangsa.
Melihat peta pertarungan ini, dapatlah disimpulkan dua kepentingan di balik pertarungan tersebut. Kelompok islam ingin supaya kepentingan islam diakomodasi di negeri ini, seperti penerapan syariah islam. Bukan tidak mungkin dasar negara pun akan diubah. Sementara partai-partai nasionalis berjuang untuk kepentingan rakyat Indonesia, menjaga keutuhan bangsa yang berdasarkan pada Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kelompok islam garis keras berjanji akan melakukan kampanye melawan sejumlah partai politik nasionalis menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan berlangsung secara serentak di beberapa wilayah Indonesia tahun 2018 dan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019. Salah satu target utama mereka adalah Presiden Joko Widodo dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Kelompok islam ini akan menggunakan cara seperti yang mereka lakukan ketika mengalahkan Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Hal ini ditegaskan oleh Ansufri Idrus Sambo, seorang tokoh muslim. Dia mengatakan bahwa taktik yang dipakai untuk melawan Ahok dengan mengerahkan aksi massa akan dilakukan lagi. “Kami akan memonitor setiap wilayah untuk memastikan bahwa umat islam memilih kandidat yang sejalan dengan misi kami,” ujar Idrus. Kata "kami" di sini sudah bisa dipastikan merujuk pada umat islam. Dengan kata lain, perjuangan mereka hanya ditujukan untuk kepentingan islam, sementara umat lain, sebagaimana perintah dalam Al-Qur'an, bila perlu dimusnahkan.

Senin, 26 Februari 2018

TUJUAN PERNIKAHAN KATOLIK: KETURUNAN & PENDIDIKAN ANAK

Minggu lalu sudah dibahas tujuan perkawinan katolik yang pertama. Tujuan perkawinan katolik yang lain adalah mewujudkan kelahiran serta pendidikan anak (Kan. 1055 §1). Ada dua hal penting yang perlu diketahui. Pertama, dari kodratnya pernikahan terarah kepada kelahiran anak. Anak diperoleh melalui hubungan suami istri secara manusiawi. Gereja menolak cara lain seperti bayi tabung. Kedua, pernikahan tidak hanya berhenti pada kelahiran anak, tapi berlanjut pada pendidikannya. Harapan Gereja adalah dari keluarga hadir generasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Terkait dengan pendidikan anak, ada dua tempat terjadinya proses pendidikan, yaitu di rumah dan di sekolah. Di rumah, orangtua adalah pendidik pertama dan utama (Gravissium Educationis no. 3). Pendidikan sudah dimulai sejak dini, bahkan bisa dimulai sejak anak masih janin. Menciptakan suasana positif bisa mempengaruhi pertumbuhan moral dan kepribadian anak. Orangtua harus mengajari anak bagaimana bersikap dalam kehidupan: hormat kepada yang lebih tua, mau berbagi, memaafkan, jujur, dll.
Di sekolah proses pendidikan ada di tangan guru, meski peran orangtua tidak lantas hilang. Untuk menunjang proses ini, adalah kewajiban orangtua untuk menyekolahkan anak hingga ke jenjang tertinggi. Orangtua harus punya prinsip anak harus lebih dari dirinya. Kalau dia hanya tamat SMP, maka anak harus tamat SMA atau bila perlu kuliah.  Untuk itu dibutuhkan biaya. Maka tugas dan tanggung jawab orangtua mengusahakan biaya sekolah bagi anaknya.
Sangat penting juga agar orangtua memotivasi anaknya untuk terus sekolah, bukan mengikuti kemauan anak ketika anak berhenti sekolah. Orangtua juga harus tahu perkembangan anaknya di sekolah: tahu jam sekolah, kapan libur, pelajaran-pelajaran sekolah, nilai-nilai pelajaran, dll. Komunikasi dengan anak tentang sekolah sangat diperlukan, apalagi bila orangtua mau merasakan suka duka anak di sekolah.
by: adrian