Kamis, 06 Oktober 2016

MANUSIA TAPI SEPERTI BINATANG

Aristoteles adalah filsuf pertama yang mencetuskan deskripsi manusia sebagai binatang yang berakal budi (animal rationale). Di sini mau dikatakan bahwa kemanusiaan seseorang ditentukan dari ratio yang berfungsi dan berperan. Tanpa itu, manusia tak ubahnya sebagai binatang. Konsekuensi logis dari pernyataan ini adalah jika ada binatang menggunakan akal budi (ratio), maka ia adalah manusia.
Argumen Aristoteles ini seakan membuat batas pemisah dan pembeda manusia dan binatang sangat tipis. Dalam pernyataannya, mau ditegaskan bahwa dalam diri setiap manusia ada aspek kebinatangan. Unsur kebinatangan itu muncul ketika manusia tidak menggunakan akal budinya untuk berpikir.
Tulisan “Animal Rationale” mencoba memberikan sedikit gambaran tentang hal ini. lebih lanjut mengenai uraiannya, silahkan baca di sini: Budak Bangka: (Pencerahan) Manusia & Hewan

Rabu, 05 Oktober 2016

Orang Kudus 5 Oktober: St. Albertus Marvelli

BEATO ALBERTUS MARVELLI, PENGAKU IMAN
Albertus Marvelli lahir pada 21 Maret 1918 di Ferrara, Italia. Ia adalah putera dari Luigi Marvelli, seorang pegawai bank, dan Maria Mayr. Oleh karena kedua orangtuanya, terutama ibunya, Albertus diberikan pendidikan Kristen yang kuat. Pada Juni 1930 keluarganya berpindah ke Remini, Italia. Albertus mulai bergabung dengan Oratori Salesian dan kelompok Aksi Katolik di paroki.
Albertus sehari-hari selalu mengikuti misa pagi dan sesering mungkin menerima ekaristi. Ia mengaku dosa seminggu sekali dan sering minta bimbingan rohani. Albertus selalu mendoakan Rosario dan Malaikat Tuhan pada siang hari.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Albertus melanjutkan ke Universitas Bologna dengan mengambil jurusan teknik sipil. Albertus tetap aktif dalam Aksi Katolik dan pada setiap hari Sabtu ia mengunjungi orang-orang miskin. Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1941, Albertus mengikuti wajib militer untuk waktu yang singkat, karena saudara-saudaranya telah melakukan kewajiban yang sama.
Ketika kembali ke Remini, Albertus terpilih menjadi wakil presiden Aksi Katolik, namun ia memilih menjadi seorang guru. Ia terus saja mengunjungi orang miskin dan sakit. Pada saat Perang Dunia II keluarga Albertus pindah ke Vergiano, dan Albertus kerap kembali ke kota untuk menolong orang-orang yang terluka dan tidak memiliki rumah dengan memberikan apa yang ia miliki. Saat Jerman berkuasa, Albertus juga menyelamatkan banyak orang yang akan dideportasi menuju kamp konsentrasi.
Albertus bergabung dengan Partai Kristen Demokrat dan menjadi seorang kandidat yang sangat diunggulkan dan dihormati termasuk oleh lawan politiknya yang berhaluan komunis. Saat pemilihan, Albertus yang bersepeda mengalami kecelakaan.
Albertus Marvelli meninggal dunia pada 5 Oktober 1946 di Remini, Forli, Italia. Albertus memenangi pemilihan dan posisinya digantikan oleh ibunya. Pada 5 September 2004 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Selasa, 04 Oktober 2016

KESALEHAN EKOLOGIS DAN LAUDATO SI’

Hubungan erat antara iman dan kepedulian terhadap lingkungan hidup ditegaskan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si (LS). Paus berkata, “Menghayati panggilan untuk melindungi karya Allah adalah bagian penting dari kehidupan yang saleh.” (LS 217). Maka, manusia akan berjiwa kerdil dan bahkan tampak tak waras ketika perhatian dan perawatan terhadap lingkungan dikecualikan dari hidupnya sebagai makhluk beriman. Sebab, lingkungan hidup merupakan “rumah bersama bagi segenap ciptaan” (LS 1).
Manusia, Makhluk Ekologis
Manusia, secara hakiki, adalah makhluk ekologis. Hidupnya ditopang dan didukung oleh lingkungan hidup, air, udara, tumbuh-tumbuhan dan oleh beragam binatang yang hidup di dalamnya. Bahkan manusia sendiri dibentuk dari debu tanah (Ke 2: 7). Tuhan pun menempatkan manusia itu dalam relasi mutual dengan sesama ciptaan lainnya dalam taman kehidupan.
Kitab kejadian melukiskan harmoni dan kebaikan relasi itu dengan kalimat “Tuhan melihat segala sesuatu yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik!” (Kej 1: 31). Ada dua aspek yang dapat dikatakan mengenai apresiasi positif Tuhan ini. pertama, manusia dan aneka ciptaan itu berstatus sama, yakni makhluk yang diciptakan Tuhan sendiri. Diakui bahwa Tuhan adalah Pencipta. Dan Dia mencipta karena cinta. Maka, kita dan semua yang lain adalah ciptaan-Nya (LS 76, 77). Kita satu sama lain dan lingkungan hidup adalah hadiah dari Tuhan.
Namun demikian, kesamaan status sebagai “ciptaan” itu tidak perlu membawa kita pada sikap biosentris yang berpandangan bahwa manusia itu tak lebih istimewa daripada makhluk-makhluk hidup lainnya (LS 118). Tidak! Manusia tetaplah pribadi dan subyek yang unik, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dalam panggilannya yang khusus untuk melindungi ciptaan. Sebab “…., semua makhluk bergerak maju bersama-sama kita dan melalui kita menuju titik akhir yang sama, yakni Allah sendiri” (LS 83).