Rabu, 27 April 2016

Orang Kudus 27 April: St. Lydia Longley

SANTA LYDIA LONGLEY, PENGAKU IMAN
Lydia Longley lahir pada tahun 1674 di Groton, sebuah daerah koloni Inggris di Amerika Serikat. Keluarga Longley penganut agama Protestan Puritan, yang keras sekali pandangan hidupnya. Ibunya meninggal dunia ketika Lydia bersama 3 orang adiknya: Will, Jemina dan John, masih kecil. Dalam usia remajanya, Lydia terpaksa menggantikan ibunya dalam mengurusi adik-adiknya. Hal ini dilakukannya sampai saat ayahnya menikah lagi dengan Crips Deliverance, seorang janda muda. Semenjak itu, Crips mengambil alih lagi tugas-tugas Lydia sebagai ibu rumah tangga.
Dari pernikahan kedua ini, ayahnya memperoleh lagi 4 orang anak: Yosef, Betty, Richard dan Mathaniel. Ayahnya mendidik anak-anaknya penuh disiplin bahkan cenderung keras. Mereka dilatih untuk bekerja, berdoa dan menulis. Lydia dibebani tugas mendampingi adik-adiknya dalam melaksanakan tugas-tugas itu. selain itu mereka dilatih juga oleh ayahnya cara menggunakan senjata untuk membela diri bila ada suatu bahaya. Salah satu bahaya besar yang selalu mengancam hidup mereka adalah serangan orang-orang Indian yang masih biadab.
Pada tahun 1694 daerah Groton diserang oleh orang-orang Indian Abenaki. Ayah dan ibunya bersama beberapa orang lainnya mati terbunuh dalam peristiwa itu. tinggallah Lydia, Betty dan John yang dibiarkan hidup oleh orang-orang Indian itu. Mereka dibawa sebagai tawanan ke New France, daerah koloni Perancis. Di tengah perjalanan itu, Betty meninggal dunia dan John dipisahkan dari Lydia.
Setiba di New France, Lydia dihadapkan ke depan penguasa Perancis setempat. Di sana hadir juga tuan Le Ber, seorang duda yang beragama katolik. Oleh Tuan Le Ber, Lydia ditebus dan diangkat menjadi anaknya sendiri. Semenjak itu kehidupan Lydia tergantung sepenuhnya pada kebaikan hati Le Ber dan anak-anaknya: Pierre dan Jeanne. Ia merasa senang karena diperlakukan sebagai anak kandung dengan cara hidup katolik dari keluarga Le Ber, maupun dari segenap warga kota New France.
Lydia kemudian berkenalan dengan pastor Pere Meriel, imam di New France, dan suster-suster Notre Dame. Atas permintaan Tuan Le Ber, seorang suster dating mengajarkan bahasa Perancis kepada Lydia. Pada suatu hari, Lydia diperkenalkan pada suster Mere Bourgooys, pendiri kongregasi tersebut. Pertemuannya dengan suster Mere Bourgooys menumbuhkan dalam hatinya keinginan untuk menjadi suster juga.
Atas pengaruh keluarga Le Ber, suster-suster dan pastor Meriel, Lydia kemudian dipermandikan menjadi katolik pada 24 April 1696 dengan nama Magdalena. Kemudian ia diterima menjadi suster dengan nama suster Magdalena. Pada 19 September 1699 ia mengikrarkan kaul kekal. Setelah bertugas di New France selama beberapa tahun Lydia dikirim ke Pulau Orleans untuk menjadi superior biara Keluarga Kudus di sana. Ia meninggal dunia pada 21 Juni 1758, dan dimakamkan di kepel Kanak-kanak Yesus di Montreal.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Selasa, 26 April 2016

Asah Otak: Binatang

MENEMUKAN GAMBAR DALAM GAMBAR
Berikut ini akan disajikan 5 gambar dengan tema hewan. Ada gambar, yang sekilas, hanya merupakan satu gambar, namun terdiri dari beberapa gambar. Dapatkan kamu menguraikan gambar-gambar tersebut dan menentukan binatang apa saja serta berapa jumlahnya?

 
Sekilas dalam gambar di atas hanya terlihat seekor rusa, namun jika diperhatikan baik-baik ada 5 ekor rusa. Mulailah perburuan Anda menemukan 4 lainnya.
Dalam gambar di atas terdapat kumpulan kuda. Cobalah kamu lihat kuda secara utuh. Ada berapa ekor kuda yang berhasil kamu temui? Kalau kamu bisa menemukan 7 ekor kuda, kamu termasuk orang yang jeli dan teliti.

Minggu, 24 April 2016

UMAT PERTANYAKAN POSISI GEREJA TERKAIT PERCERAIAN

Selama 10 tahun terakhir, Natasya, seorang wanita katolik dari Matraman, Jakarta Timur, tidak menerima komuni.
“Itu adalah sesuatu yang sulit,” katanya. “Tapi aku tidak punya pilihan. Ini merupakan ajaran Gereja Katolik. Saya harus mematuhinya,” kata ibu satu anak ini, yang sadar dirinya “hidup dalam dosa” sehingga tak dapat menerima komuni.
Natasya menikah dengan seorang pria muslim melalui pernikahan sipil tahun 2000. Tapi dia merasa sulit untuk beradaptasi dengan suaminya yang berbeda agama. Pasangan ini bercerai 11 tahun kemudian.
“Pada awalnya saya merasa kesal dengan ajaran Gereja,” katanya. “Yesus datang untuk orang berdosa, kan?”
Akhirnya Natasya pergi menemui seorang imam di paroki. “Saya berpikir bahwa Yesus tidak pernah menolak mereka yang bersedia untuk bertobat,” katanya.
Menanggapi seruan Paus Fransiskus tentang Amoris Laetitia, Natasya merasa lega. “Saya setuju dengan Paus Fransiskus,” katanya. “Para pastor harus lebih memahami situasi yang dihadapi oleh umat katolik.”
Pendekatan Pastoral