Rabu, 17 Februari 2016

Orang Kudus 17 Februari: St. Nisephorus

SANTO NISEPHORUS, MARTIR
Nisephorus adalah seorang awam biasa. Sebagai orang serani ia mengenal banyak imam. Pastor Saprisius adalah salah seorang imam yang dikenalnya sangat baik. Relasi di antara keduanya lama kelamaan menimbulkan cinta persaudaraan yang erat bagai dua orang kakak beradik kandung. Tetapi tali persaudaraan mereka merenggang karena perselisihan pendapat. Mereka mulai saling menjauhi bahkan bermusuhan.
Dalam suatu renungannya Nisephorus menyadari sikap dan tindakannya yang salah terhadap Saprisius. Dengan hati yang tulus ia pergi menemui Saprisius untuk meminta maaf. Namun Saprisius tak menghiraukannya. Dengan demikian permusuhan di antara mereka tetap berlangsung hingga peristiwa penghambatan agama dan penganiayaan terhadap umat Kristen oleh Kaisar Valerianus pada tahun 260.
Sebagaimana biasa, kaisar menuntut semua orang serani untuk membawa kurban kepada dewa-dewi kafir Romawi dan meninggalkan iman kristennya. Tak terkecuali Saprisius. Ia ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan Gubernur Romawi di Antiokia.ia dengan tegas mengakui dirinya sebagai seorang murid Kristus dan menolak membawa korban kepada dewa-dewi kafir Romawi. Oleh karena itu, ia disiksa lalu dihantar ke tempat pembunuhan.
Nisephorus, yang kebetulan hadir dalam peristiwa itu, mengikuti Saprisius sehabatnya ke tempat pembunuhan itu. di tengah jalan ia berusaha mendekati Saprisius untuk meminta maaf kepadanya, “Ampunilah aku, o pahlawan Kristus yang gagah berani. Engkau dengan berani mengakui Kristus sebagai Tuhan di hadapan orang-orang kafir. Kuatkanlah hatimu. Kristus sedang menantimu di sorga dan akan memberikan kepadamu mahkota kemenangan.”
Saparisius tak berkata sepatah katapun. Ia tetap diam ketika seorang algojo hendak memenggal kepalanya, dengan ketakutan ia berteriak, “Berhentilah! Aku akan membawa korban kepada para dewamu.” Nisephorus sangat sedih mendengarkan kata-kata murtad itu. dengan keras ia menegur Saprisius, “Apa yang kau katakana saudaraku? Janganlah engkau mengabaikan mahkota yang telah disiapkan Kristus bagimu karena penderitaanmu demi kemuliaan nama-Nya.” Namun teguran itu tak dihiraukan Saprisius. Sebagai gantinya Nisephorus yang mengakui dirinya sebagai pengikut Kristus menjadi korban dan menerima mahkota Kristus sebagai martir.
Baca juga orang kudus hari ini:

Senin, 15 Februari 2016

Tanggapan atas Kritikan terhadap Tulisan di Web Keuskupan

TANGGAPAN ATAS KRITIKAN TERHADAP TULISAN DI WEB KEUSKUPAN
Tanggal 9 Februari lalu, Romo Yudi menyampaikan kepada saya bahwa ada seorang umat, kemungkinan dari Paroki Tembesi, yang men-share tulisan di web keuskupan di akun facebook-nya. Judul tulisan web itu adalah: “Setijab Paroki Tembesi: Yang Terlama GantikanYang Tercepat”. Hasil share itu menimbulkan reaksi yang beragam. Romo Yudi menilai bahwa tulisan web itu membuat heboh. Karena itu ia mem-posting-kan reaksi atas tulisan web itu yang muncul di akun facebook ke alamat email saya (lihat gambar di samping ini).
Saya pribadi sama sekali tidak tahu kalau tulisan web itu menimbulkan kehebohan, seperti yang dimaksud Rm. Yudi. Yang saya tahu adalah bahwa tulisan itu banyak dibaca. Hal ini terlihat dari jumlah hit, yang dalam waktu 2 hari sudah mencapai lebih dari 350. Bandingkan dengan tulisan-tulisan lain, yang butuh waktu hingga seminggu bahkan lebih baru dapat mencapai 100 hit.
Setelah membaca email Rm. Yudi, saya baru mengetahui kehebohan itu. Dari postingan akun facebook Yanselmus Nanga, saya dapat mengatakan bahwa tulisan saya di web keuskupan itu menimbulkan pro dan kontra. Suara kontra dapat terbaca dari tulisan Atanasius Anlly (Ini media Keuskupan kok bicara seperti pos metro?), Yanselmus Nanga (Prihatin dgn isi Media ini…) dan Romaldus Belalawe (Atan// Inilah wajah Media Keuskupan kita. Apa boleh buat. Hehehe …); sementara suara pro dapat dibaca pada tulisan Agusinus Sinaga (… sdh capek umat), Marianus Lorenzo Sihotang (Bahasa yang sangat jujur).
Selain suara-suara pro dan kontra, ada juga suara pesimis dan harapan. Suara pesimis terlihat dari tulisan Mangapul Martinus Limbong (Perpindahan ke 3 pastor ini membuat umat semakin linglung seperti kehilangan induk. Kenapa? Dalam waktu singkat adanya pergantian 3 pastor sekaligus … ini juga berdampak negatif di KBG), sedangkan suara-suara harapan diwakili oleh Antonius Januarius Retutola (Mudah2an yang sdh tercabik cabik bisa bersatu lagi dalam kerendahan hati ….), Agusinus Sinaga (Tp optimis sajalah supaya bertolak lebih dalam dari yg sudah ada) dan Alexander Laka (Mari kita menerima Eman sebagai saudara dan juga sebagai gembala kita begitu juga romo Lorens gbu).
Saya sama sekali tidak mengikuti perdebatan mereka di akun facebook Yanselmus Nanga. Saya hanya menilai berdasarkan kutipan yang dikirim Rm. Yudi. Jadi, tanggapan saya hanya sebatas apa yang ada saja, sebagaimana yang sudah saya tampilkan di atas.