Senin, 21 September 2015

Ziarah ke Israel #19

GEREJA MARIA TERTIDUR
Setelah melaksanakan perayaan ekaristi di Taman Getsemani, kami menuju ke Gereja Maria Tertidur. Nama gereja ini untuk membedakan gereja lain yang diakui oleh saudara protestan, yaitu gereja yang diyakini tempat Maria dikuburkan.
Perbedaan ini dilatar-belakangi oleh perbedaan pandangan. Saudara protestan melihat Bunda Maria meninggal, seperti manusia lainnya. Dasarnya adalah Bunda Maria adalah manusia biasa, seperti kita. Sementara Gereja Katolik melihat Bunda Maria sebagai manusia luar biasa. Dia sangat istimewa. Karena keistimewaannya itulah Bunda Maria tidak mati, melainkan diangkat ke surga.
Ada satu gambar unik yang melukiskan tema tadi. Pada salah satu dinding ada lukisan Tuhan Yesus sedang menggendong Maria yang berwujud bayi. Tuhan Yesus sedang membawa bayi itu, yang adalah Bunda Maria ke surga. Lukisan ini berbeda dengan kebanyakan, di mana Bunda Marialah yang biasanya tampil dengan menggendong Yesus.

Renungan Pesta Santo Matius Penginjil

Renungan Pesta St. Matius Penginjil
Bac I  Ef 4: 1 – 7, 11 – 13; Injil           Mat 9: 9 – 13;

Hari ini Gereja Semesta bergembira merayakan pesta Santo Matius, pengarang Injil. Dia termasuk bilangan keduabelas rasul Tuhan Yesus. Injil hari ini mengisahkan kisah panggilannya. Dikatakan bahwa ketika sedang duduk di di kantornya, Tuhan Yesus memanggilnya, “Ikutilah Aku.” (ay. 9). Tidak ada tanya jawab menanggapai panggilan itu. Matius dikatakan langsung berdiri dan mengikuti Tuhan Yesus. Dari latar belakang pekerjaannya, Matius termasuk salah seorang murid Tuhan Yesus yang terpelajar. Hal ini dibuktikan dengan Injil yang ditulisnya sekitar tahun 50 – 65.
Bacaan pertama, yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus, sama sekali tidak menyinggung soal Matius. Dalam suratnya ini, Paulus menasehati jemaat untuk selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar serta senantiasa menunjukkan kasih dengan saling membantu (ay. 2). Selain itu Paulus menjelaskan bahwa Tuhan Yesus telah memberikan baik rasul maupun nabi, baik pemberita Injil maupun gembala dan pengajar, demi pembangunan tubuh Kristus. Melalui mereka inilah kita mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (ay. 13). Kiranya pernyataan Paulus ini dapat dikenakan kepada Santo Matius.
Merayakan pesta orang kudus, kita diajak untuk menghormati perjuangan mereka mencapai kekudusan. Di samping itu, kita juga diminta untuk mengikuti teladan hidup dan iman mereka. Demikian pula ketika kita merayakan pesta Santo Matius. Kita menghormati dia, karena melalui karyanya, seperti kata Paulus, kita dapat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar akan Tuhan Yesus. Teladan Santo Matius, yang dapat kita ikuti adalah menjawab panggilan Tuhan tanpa pamrih.***
by: adrian

Minggu, 20 September 2015

Kenapa Yesus Mengutuk Pohon Ara?

YESUS MENGUTUK POHON ARA
Tentu kita pernah mendengar kisah Tuhan Yesus mengutuk pohon ara sehingga pohon itu menjadi kering. Agar lebih jelasnya, akan ditampilkan kutipan teks itu.
“Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapatkan apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon ara itu, ‘Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!’ Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu” (Mat 21: 18 – 19)
Dalam Injil Markus dikatakan bahwa pada saat itu memang bukan musim buah ara (lih. Mrk 11: 13). Karena itu wajar kalau Tuhan Yesus tidak menemukan buah ara untuk bisa menghilangkan rasa lapar-Nya.
Teks ini sering menjadi pertanyaan orang. Kenapa Tuhan Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, padahal saat itu belum musim berbuah? Dari pada membuatnya kering, kenapa Tuhan Yesus tidak membuatnya menjadi berbuah sehingga dapat menghilangkan rasa lapar-Nya?
Pertama-tama perlu dipahami bahwa perkataan dan perbuatan Yesus merupakan bentuk pengajaran. Tuhan Yesus mengajar bukan hanya melalui perkataan-perkataan, seperti kotbah di bukit (Matius 5 – 7), perumpamaan-perumpamaan (Mat 13, 15, 21, 22, 24, Luk 5, 6 dll) atau nasehat dan mukjizat. Tuhan Yesus mengajar juga melalui perbuatan.
Model pengajaran melalui perbuatan ini diterapkan Allah melalui para nabi dalam Perjanjian Lama. Sebagai contoh, kita dapat melihat apa yang dilakukan oleh Yesaya (Yes 20: 1 – 6) dan Yeremia (Yer 13: 1 – 11 dan 27: 1 – 11). Melalui perbuatan mereka, Allah memberikan pelajaran kepada umat Israel. Jadi, kalau dalam Perjanjian Lama Allah menggunakan manusia untuk melakukan apa yang diinginkan-Nya sebagai pelajaran, pada masa Yesus Dia sendiri melakukannya.