Selasa, 18 Agustus 2015

Orang Kudus 18 Agustus: St. Alberto Hurtado Cruchaga

SANTO ALBERTO HURTADO CRUCHAGA, PENGAKU IMAN
Alberto Hurtado Cruchaga lahir pada 22 Januari 1901 di Vina del Mar, Chile. Setelah kematian ayahnya, Alberto dan saudaranya harus dititipkan ke rumah kerabatanya, karena ibunya harus menjual banyak hartanya untuk membayar utang keluarganya. Mereka sering kali berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.
Alberto kemudian mendapatkan beasiswa di Kolese Yesuit di Santiago, dan mulai tertarik berkarya di tengah orang miskin. Pada tahun 1917, Alberto berkeinginan menjadi Yesuit, tetapi ia disarankan untuk menunda rencananya demi membantu ibu dan saudaranya. Alberto bekerja di sore dan malam hari sambil berkuliah di Universitas Katolik, mengambil ilmu hukum.
Setelah pendidikannya tertunda akibat mengikuti wajib militer, Alberto menyelesaikan pendidikannya pada Agustus 1923. Pada 14 Agustus, Alberto masuk novisiat Yesuit di Chilian. Pada tahun 1925, Alberto pindah ke Cordoba, Argentina, untuk belajar kemanusiaan, dan pada tahun 1927, ia dikirim ke Spanyol untuk belajar filsafat dan teologi. Tahun 1931 Alberto pindah ke Belgia, karena adanya pelarangan Yesuit di Spanyol. Ia melanjutkan belajar teologi di Louvain, dan pada 24 Agustus 1933, ia ditahbiskan menjadi imam.
Pada Januari 1936, Alberto kembali ke Chile. Ia menjadi pengajar di Colegio San Ignacio dan Universitas Katolik Santiago. Alberto mengajar katekismus kepada orang miskin, beberapa kali memimpin retret dan menjadi pembimbing spiritual pada pria muda, bahkan membimbing mereka dalam panggilan menjadi seorang imam atau berkarya sebagai awam.

Renungan Hari Selasa Biasa XX - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa XX, Thn B/I
Bac I  Hak 6: 11 – 24; Injil                  Mat 19: 23 – 30;

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara soal iman kepercayaan. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Hakim-hakim, mengisahkan tentang keraguan Gideon akan kemahakuasaan Allah. Keraguan Gideon ini beralasan, karena pada waktu itu Israel sedang dijajah oleh orang Midian, sementara berdasarkan cerita nenek moyang mereka, Allah itu maha dahsyat. Peristiwa yang dialami Gideon dan orang Israel, membuat mereka meragukan Allah. Ia mempertanyakan apakah Allah masih menyertai mereka. Namun lewat malaikat Tuhan, yang menampakkan diri kepadanya, Gideon akhirnya percaya bahwa Allah tidak meninggalkan mereka.
Keraguan juga melanda para rasul. Ini berawal dari pernyataan Tuhan Yesus yang menggemparkan bahwa sangatlah susah untuk masuk ke dalam kerajaan Allah. Karena itu, Petrus mewakili para rasul mempertanyakan nasib mereka “yang telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau.” (ay. 27). Apakah ada jaminan? Tuhan Yesus menenangkan hati mereka dengan jaminan. Namun Tuhan Yesus mengajak mereka untuk tidak hanya memperhatikan jaminan itu saja, melainkan pada warta keselamatan. “Banyak orang yang terdahulu menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” (ay. 30).
Tak jarang dalam kehidupan kita mengalami keraguan terhadap Allah. Di saat apa yang kita alami tidak sesuai dengan impian, kita sering mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan seputar Allah: apakah Allah masih ada, apakah Dia itu baik, apakah Dia mahakuasa, dll. Tak sedikit dari kita lantas hilang kepercayaan. Sabda Tuhan hari ini menghendaki kita untuk tetap percaya kepada Tuhan dalam setiap peristiwa hidup kita. Percaya kepada Tuhan berarti menyerahkan seluruh hidup kita kepada penyelenggaraan ilahi-Nya. Kita tak perlu lagi dipusingkan akan hal-hal duniawi saja, melainkan aktif mewartakan kebajikan dan kebenaran kepada sesama demi tegaknya Kerajaan Allah.***
by: adrian

Senin, 17 Agustus 2015

(Pencerahan) Jangan Mudah Terkecoh dengan Penampilan

BUAYA VS SERIGALA BERBULU DOMBA
Semua kita pasti sudah tahu bahwa buaya dan serigala termasuk binatang buas. Keduanya termasuk hewan karnivora. Buaya dikenal sebagai penguasa air tawar. Sementara serigala, sekalipun tidak termasuk sebagai pemangsa akhir dalam rantai makanan, hidup di daratan.
Karena sudah tahu bahwa keduanya merupakan binatang buas, maka orang akan selalu menghindar bila bertemu dengan kedua binatang ini. Malah orang berharap agar, ketika sedang masuk hutan, tidak ketemu serigala, karena untuk menghindar akan terasa sulit.
Akan tetapi, kita sering mendengar frase ini: serigala berbulu domba. Kita tentu sudah tahu seperti apa itu domba. Dua hewan ini bertolak belakang dalam karakter. Seringala terkenal beringas dan kejam, sedangkan domba adalah makhluk lemah lembut. Serigala berbulu domba adalah serigala yang menutup kebuasannya dengan kelembutan.
Jika dibandingkan antara buaya dan serigala berbulu domba, binatang mana yang palig berbahaya?
Mungkin sebagian besar orang akan memilih buaya. Maklum melihat bentuknya saja orang sudah ketakutan, karena seram. Sementara serigala berbulu domba tidak akan kelihatan seramnya. Justru yang terlihat adalah kelembutan dombanya.
Namun, jika memang benar tampilan fisik buaya saja sudah menakutkan, maka binatang ini tentulah tidak terlalu berbahaya. Di saat orang melihatnya, orang pasti akan langsung menghindar karena sudah takut. Karena itu, ia akan terhindar dari bahaya yang mengancam.
Berbeda dengan serigala berbulu domba. Tampilan bulu domba membuat orang terkecoh. Orang tidak memperhatikan kebuasan serigala di balik bulu domba itu. karena terpesona dengan kelembutan bulu domba itu, tentulah akan mengundang orang untuk mendekat. Orang tidak takut. Namun sayang, justru di saat itulah kita akan menjadi mangsa serigala.
Akan tetapi, sebenarnya yang paling berbahaya adalah serigala berbulu domba. Kalau buaya tidak berbahaya, karena ketika bertemu tentulah kita langsung menghindar. Sementara serigala berbulu domba membuat kita terlena. Serigala ini membuat orang mudah menjadi korban. Berhadapan dengan buaya, orang sudah siap antisipasi.
Gambaran ini dapat ditarik ke dalam dunia korupsi. Mana yang lebih berbahaya seorang koruptor yang imam atau koruptor yang awam? Mana yang paling jahat dari dua pelaku kejahatan ini: imam atau awam?
Tak bisa dipungkiri ada banyak imam berpenampilan seperti serigala berbulu domba. Mereka tak ubahnya dengan pelaku kejahatan lainnya, seperti korupsi, namun mereka bersembunyi di balik jubah. Sama seperti serigala berbulu domba, orang tidak merasa takut, malah justru mendekat kepada serigala itu. Demikian pula banyak umat semakin mendekat dengan imam yang biasa melakukan korupsi.
Batam 20 Juli 2015
by: adrian
Baca juga refleksi lainnya: