Senin, 26 Januari 2015

Orang Kudus 26 Januari: St. Stefanus Harding

SANTO STEFANUS HARDING, PENGAKU IMAN
Stefanus harding lahir di tahun 1048. Pada masa mudanya ia memperoleh pendidikan di biara Sherborne di Dorsetshire. Kemudian sebagai seorang awam ia berziarah ke Roma. Dalam perjalanannya kembali, ia singgah di pertapaan Molesmes, di hutan belantara Burgundy, Perancis. Di sana ia meminta bergabung dengan rahib-rahib yang tinggal di pertapaan itu.

Tetapi beberapa tahun kemudian ia mulai merasa tidak puas dengan cara hidup rahib yang ada di sana. Menurut pendapatnya, mereka terlalu memperhatikan hal-hal kesenangan duniawi dan lupa mengembangkan kehidupan rohani yang mendalam. Dengan demikian semangat hidup awal yang mendasari pertapaan itu mulai ditinggalkannya. Kesan yang sama menghinggapi juga beberapa rahib yang lainnya. Maka bersama dengan rahib-rahib itu, Stefanus angkat kaki dari pertapaan itu dan berusaha mendirikan pertapaan baru. Pada tahun 1098, mereka mendirikan suatu pertapaan baru di Citeaux. Stefanus menjadi Abbas pertapaan itu pada tahun 1109. Ia berusaha membimbing perkumpulan baru yang berada dalam keadaan yang serba kekurangan itu: tidak ada dana dan sering kehabisan makanan. Selain itu ia menghadapi kenyataan tidak adanya panggilan baru karena cara hidup mereka yang keras, dan penyakit misterius yang merenggut nyawa beberapa rekannya.

Tetapi pada waktu semangat hidup mereka mulai redup, datanglah 30 orang pemuda meminta diri untuk bergabung bersama mereka. Tiga puluh pemuda itu dipimpin oleh Bernardus, yang kemudian menjadi orang kudus yang terkenal. Semenjak itu, wajah pertapaan Citaeux mulai bersinar terang dan berkembang pesat. Dari Citaeux para rahib itu mulai mulai mendirikan rumah-rumah pertapaan baru di Pontigny, Morimond, dan Clairvaux. Bernadus, ketika berusia 24 tahun, diangkat sebagai Abbas Clairvaux. Setelah 9 biara didirikan, Stefanus menyusun Konstitusi Cistersian pada tahun 1119. Ia kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Abbas pada tahun 1133, karena sudah lanjut usia dan mulai buta. Stefanus Harding meninggal dunia di Citaeux pada tahun 1134.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 26 Januari:

Renungan Hari Senin Biasa III - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa III, Thn B/I
Bac I    Ibr 9: 15, 24 – 28; Injil                     Mrk 3: 22 – 30;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Surat kepada Orang Ibrani. Dalam suratnya, penulis kembali membuat perbedaan antara Imam Besar, yang adalah Tuhan Yesus, dengan imam-imam besar lainnya. Ada dua hal yang membedakan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar dari imam besar lainnya. Pertama, jika imam besar lainnya masuk ke tempat kudus buatan tangan manusia, Tuhan Yesus masuk ke tempat kudus buatan Allah, yaitu sorga. Kedua, kalau imam besar lainnya masuk ke tempat kudus berulang-ulang kali membawa persembahan, Yesus Kristus masuk sekali membawa diri-Nya sendiri sebagai persembahan. Di sini penulis mau mengatakan kepada pembacanya bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa yang sangat tinggi.

Kuasa yang sangat tinggi ini terlihat dalam Injil. Hari ini Injil menampilkan pertentangan antara Tuhan Yesus dan ahli-ahli Taurat. Titik persoalannya adalah kuasa yang dimiliki Yesus. Menurut para ahli Taurat, Tuhan Yesus mempunyai kuasa Beezebul agar bisa mengusir setan, sementara Tuhan Yesus menyatakan bahwa kuasa-Nya adalah kuasa Allah. Tuhan Yesus memberikan perbandingan, bahwa jika setan melawan dirinya sendiri maka lemahlah kekuatannya; dan itu tentu tidak mungkin. Setan akan selalu bersekutu agar menjadi kuat untuk melawan Allah.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa Tuhan Yesus mempunyai kuasa yang sangat tinggi atas kehidupan. Hal ini bisa terjadi karena Dia adalah Allah. Dengan kesadaran ini kita diajak untuk senantiasa datang kepada-Nya. Setiap kita tentu mempunyai berbagai macam persoalan dan kebutuhan hidup. Datanglah kepada Yesus, percayalah kepada-Nya, maka kuasa-Nya akan menjamah kita. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya hari ini.

by: adrian

Minggu, 25 Januari 2015

Pesan Paus Fransiskus buat Keluarga Katolik

PAUS INGATKAN ANCAMAN TERHADAP KELUARGA
Pada hari kedua kunjungannya di Filipina, Paus Fransiskus memperingatkan keluarga-keluarga terkait “ancaman keluarga”. Paus, yang pernah dinobatkan sebagai the person of the year 2013 oleh Majalah TIME, memaparkan beberapa ancaman tersebut.

Pertama, adalah masalah keuangan (ekonomi keluarga). Gambaran situasi ekonomi dengan permasalahan keuangan ini terangkum dari pernyataan seorang ibu bernama Ediza Pumarada, yang suaminya bekerja di luar negeri. Kepada Bapa Paus, Pumarada mengungkapkan beban psikologis dan emosional yang dihadapinya.

Pumarada mengatakan bahwa ia terpaksa mengambil peran ganda dalam membesarkan anak dan keluarga. Ia juga harus menjaga hubungan cinta dengan suami yang jauh di sana serta membangun sikap saling percaya. Tentu masih ada kesulitan-kesulitan lain yang tak bisa diungkapkan satu per satu.

Apa yang disampaikan Pumarada merupakan gambaran umum kehidupan keluarga di Filipina. Menurut data dari kelompok migran, ada sekitar 15 juta pekerja Filipina bekerja di lebih dari 230 negara. Di antara 230 negara itu ada juga negara-negara Timur Tengah, yang notabene dikenal sebagai negara muslim, dimana tingkat intoleransinya sangat tinggi. Keberadaan di negara islam ini menjadi tantangan tersendiri. (Baca sharing pengalaman pekerja di tanah Timur Tengah).

Kedua, materialisme dan gaya hidup. Masalah pertama tadi mengungkapkan realitas kemiskinan yang masih ada di Filipina. Namun Paus, yang dikenal serba pertama ini, mengungkapkan sebuah ironisme. Sementara banyak orang hidup dalam kemiskinan parah, “keluarga lain terjebak dalam materialisme dan gaya hidup yang merusak kehidupan keluarga.”

Ancaman kedua ini terlihat dari kepemilikan dan mental pengagung-agungan harta benda. Orientasi orang yang sudah dirasuki hal ini adalah diri sendiri atau keluarganya saja. Materialisme dan gaya hidup membawa dampak yang merusak kehidupan keluarga, seperti perselingkuhan yang berujung pada perceraian, aborsi, dan anak-anak menjadi terlantar.

Bagi Paus, setiap ancaman terhadap keluarga merupakan ancaman bagi negara dan Gereja. “Dunia kita membutuhkan keluarga-keluarga yang baik dan tangguh untuk mengatasi ancaman ini,” kata Paus Fransiskus. Oleh karena itu, Paus Fransiskus menyampaikan beberapa pesan terkait masalah ini:
1.     Lindungilah keluarga dengan doa dan kasih karunia sakramen.
2.     Hormatilah kehidupan dan kelahiran sebagai sesuatu “kesucian setiap kehidupan manusia dari hamil hingga mati secara alami.”
3.     Bangunlah semangat peduli sebagai “murid misionaris Yesus” dan bersedia keluar dari rumah tangga sendiri dengan memperhatikan sesama yang membutuhkan.