Jumat, 25 Juli 2014

Renungan Pesta Santo Yakobus Rasul

Renungan Pesta Santo Yakobus Rasul
Bac I   : 2Kor 4: 7 – 15; Injil         : Mat 20: 20 – 28;

Hari ini Gereja Universal memperingati pesta Santo Yakobus Rasul. Dia adalah anak Zebedeus. Injil hari ini sedikit menyinggung tentang tokoh ini. Diceritakan bahwa ibu Yakobus datang menghadap Tuhan Yesus dan meminta agar kelak kedua anaknya, yaitu Yakobus dan Yohanes, mendapat posisi penting. Aksinya ini mendapat reaksi keras dari para murid lain. Mungkin mereka juga berambisi untuk itu. Dari sinilah Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran-Nya, bahwa kekuasaan yang ditawarkan-Nya adalah pengabdian dan pelayanan; bahwa untuk mendapat mahkota kemuliaan itu orang musti merendahkan diri dan siap menderita.

Apa yang diajarkan Tuhan Yesus itu, dilaksanakan oleh Yakobus dan murid lainnya. Mereka tidak mengejar jabatan duniawi, melainkan merendahkan diri menjadi pelayan firman. Hal ini juga yang ditekankan Paulus dalam bacaan pertama. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, Paulus menyatakan bahwa dirinya telah melaksanakan ajaran Tuhan Yesus. Karena pewartaan Yesus, dirinya terus menerus diserahkan kepada maut. Semua itu ia lakukan agar umat memperoleh hidup dalam Yesus.

Mengenang St. Yakobus Rasul, kita ditawarkan teladan hidupnya yang selaras dengan ajaran Tuhan Yesus. Kita diajak untuk lebih mengutamakan semangat ilahiah, yaitu pelayanan dan pengorbanan demi keselamatan bersama. Semangat ini bertentangan dengan semangat duniawi yang menekankan kekuasaan dan jabatan. Melalui sabda-Nya Tuhan menghendaki kita untuk ambil bagian dalam semangat ilahiah dalam tugas dan peran kita sehingga melaluinya orang lain merasakan sentuhan Allah.

by: adrian

Kamis, 24 Juli 2014

Beda Cara Pandang

JANGAN PAKSAKAN UKURANMU KE ORANG LAIN
Seorang anak kecil (8 tahun) ingin memberikan hadiah ulang tahun untuk ayahnya. Dia tahu kalau ayahnya suka topi. Maka si anak ini, sepulang sekolah, mampir ke toko yang menjual aneka jenis topi. Dia coba pasang ke kepalanya dari satu topi ke topi lain sambil melihat diri di cermin. Akhirnya ia menemukan topi yang pas. Dia minta penjual untuk membungkusnya dengan kertas kado.
Pada saat ulang tahun ayahnya, dia menyerahkan kado itu. Ia meminta ayahnya untuk segera membukanya. Ayahnya tersenyum setelah mengetahui isi kado itu. Si bocah meminta ayahnya untuk memakainya, karena ia ingin melihatnya. Ternyata topi itu kecil. Tidak pas dengan kepala ayahnya.
“Ah, tak mungkin!” Ujar anak kecil itu. “Kemarin aku coba pas koq.”
“Itu kepalamu,” jelas mamanya.
“Berarti kepala ayah yang salah.”
Demikian sekilas cerita. Si anak memaksakan ukurannya kepada orang lain, sehingga jika ukurannya tidak pas dengan orang lain, maka kesalahan ada pada orang lain.
Berawal dari Sebuah Komentar

Orang Kudus 24 Juli: St. Kristina

SANTA KRISTINA, PERAWAN & MARTIR
Santa Kristina yang pestanya dirayakan pada hari ini ada dua orang. Kedua perawan suci ini mati sebagai saksi iman karena tidak mau mengkhianati imannya akan Kristus. Yang seorang lahir di Tyrus, Phenesia, dan sangat dihormati di kalangan Gereja Timur. Sedangkan yang lainnya lahir di Bolsena, Italia.

Ayahnya Kristina Bolsena, bernama Urbanus, menjabat sebagai gubernur. Ia masih kafir, menyembah berhala dan kolot. Tanpa segan-segan ia menganiaya orang Kristen. Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen ini tidak hanya didengar oleh Kristina tetapi juga disaksikan langsung olehnya. Kristina kagum akan keberanian dan keteguhan hati orang-orang Kristen dalam menanggung beban penderitaan yang ditimpakan pada mereka. Kesaksian langsung ini sungguh menyentuh hatinya dan mempengaruhi sikap hidupnya terhadap orang-orang Kristen. Ia lalu tertarik untuk mengetahui lebih jauh kekhasan iman Kristen, dan kekuatan ilahi yang meneguhkan hati para martir itu.

Akhirnya ia sendiri dengan berani memutuskan untuk mengikuti pelajaran agama Kristen tanpa sepengetahuan ayahnya Urbanus. Setelah ia dipermandikan menjadi Kristen, barulah ia memberitahukan ayahnya. Ayahnya marah karena keputusan itu, lebih-lebih karena Kristina berani memecahkan beberapa berhala emas ayahnya dan membagi-bagikannya kepada para kaum miskin.

Kristina didera sendiri oleh ayahnya dan disiksa dengan berbagai cara agar dia kembali kepada cara hidupnya yang dahulu seperti ayahnya. Tetapi semua siksaan itu sia-sia belaka, bahkan sebaliknya semakin memperteguh imannya. Kristina teguh pada imannya sampai akhir hidupnya, mengikuti teladan para martir yang selalu dikaguminya. Ia mati dipenggal kepalanya oleh para algojo ayahnya pada tahun 300.


baca juga riwayat orang kudus 24 Juli
St. Kristoforus