Rabu, 12 Februari 2014

Aku di Pantai Tikus, Sungailiat (2013)






Bersama Abang Adbaw




Kebiasaan Fisiologis Bayi

BAHAYA YANG UMUM DALAM MEMBENTUK KEBIASAAN FISIOLOGIS
Kebiasaan Makan
Bayi yang menetek terlampau lama menunjukkan tanda-tanda tegang. Mereka lebih lama terlibat dalam kegiatan mengisap lainnya (seperti mengisap ibu jari), lebih banyak mengalami kesulitan tidur dan lebih gelisah daripada bayi yang periode meneteknya lebih singkat. Kalau terlambat disapih, bayi cenderung mengisap ibu jari sebagai pengganti puting susu ibu. Bayi juga akan menolak makanan yang agak padat kalau makanan agak keras terlampau cepat diperkenalkan, bukan karena rasanya melainkan karena kekerasannya.

Kebiasaan Tidur
Menangis, permainan yang berat dengan orang dewasa atau kegaduhan dapat membuat anak menjadi tegang dan sulit tidur. Jadwal tidur yang tidak memenuhi persyaratan membuat bayi tegang dan menolak tidur.

Kebiasaan Pembuangan
Kebiasaan ini tidak dapat dibentuk sebelum saraf dan otot-otot berkembang dengan baik. Mencoba melatih pembuangan terlampau awal membuat bayi tidak mau bekerja sama dalam membentuk kebiasaan ini kalau ia sudah matang nantinya. Sebaliknya, penundaan melatih pembuangan mengakibatkan kebiasaan yang tidak teratur dan kurangnya motivasi. Mengompol merupakan hal yang umum bila latihan tidak dilakukan sesuai dengan kesiapan perkembangan bayi.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 97

Orang Kudus 12 Februari: St. Gaudensius

SANTO GAUDENSIUS, USKUP & PENGAKU IMAN
Gaudensius lahir di kota Brescia, Italia pada pertengahan abad keempat. Keluarganya termasuk keluarga Kristen yang saleh. Semenjak kecil, Gaudensius memperoleh pendidikan iman yang baik secara teratur dari Philaster, seorang Uskup yang kemudian menjadi orang Kudus. Ketika menanjak dewasa, Gaudensius menjadi seorang pemuda yang bijaksana, saleh dan cakap, sehingga orang-orang sekotanya sangat mencintai dan menghormati dia. Ketertarikannya pada hal-hal rohani sangat tinggi

Untuk perkembangan hidup rohaninya, Gaudensius meninggalkan daerah asalnya dan berangkat ke Tanah Suci untuk berziarah ke tempat-tempat suci dimana Yesus hidup. Maksudnya ialah membebaskan diri dari semua pujian orang sekotanya. Tetapi maksud ini tidak semuanya tercapai. Karena imam Brescia dan seluruh umat Brecia dengan suara bulat memilih dia sebagai Uskup Brescia menggantikan Uskup Philaster yang telah meninggal dunia. Semua Uskup yang lain di bawah pimpinan Uskup Agung Ambrosius berkumpul untuk mensahkan pilihan itu. Mereka mengirim surat kepada Gaudensius yang sedang berada di Kapadokia, Asia Kecil, agar segera pulang untuk memangku jabatan sebagai Uskup Brescia. Mendengar berita itu, Gaudensius tidak bisa berbuat apa-apa karena rasa hormatnya yang besar kepada Uskup Agung Ambrosius. Ia lalu pulang ketanah airnya dan ditabhiskan menjadi Uskup Brescia pada tahun 397

Sebagai gembala umat, Gaudensius memusatkan perhatiannya pada hal pengajaran agama dan pendidikan iman bagi umatnya. Khotbah-khotbahnya mengandung pengajaran iman yang jelas dan kongkret sehingga menarik simpatik umat padanya. Ia tidak segan-segan mencela semua orang Kristen yang hidup tidak sesuai dengan ajaran iman. Dengan penuh pengertian ia menasehati orang-orang itu agar kembali kepada hidup yang sesuai dengan ajaran iman. Gaudensius meninggal dunia pada tahun 420 di kota kelahirannya Brecia.