Sabtu, 08 Februari 2014

Haeder Blog





Paus Fransiskus & Korupsi di Gereja

Pada 11 Desember 2013 lalu, Majalah Time memberikan gelar Personof the Year kepada pemimpin Gereja Katolik ke-266, Paus Fransiskus. Paus yang dikenal “serba pertama” ini mengalahkan penggebrak dunia lainnya yang masuk nominasi anugerah ini. Mereka adalah Edward Snowden, Edith Windsor, Bashar Assad dan Ted Cruz. Memang Paus Fransiskus bukanlah paus pertama yang menerima anugerah ini. Tahun 1994 TIME memberikannya kepada Paus Yohanes Paulus II, dan tahun 1962 Paus Yohanes XXIII yang mendapatkan gelar Man of the Year.

Salah satu poin yang menjadi penilaian majalah ini adalah soal transparansi keuangan Gereja. Berkaitan transparansi, Paus Fransiskus benar-benar membuat gebrakan. Pada bulan Juni 2013 Paus Fransiskus menyerukan transparansi. Ia menghendaki supaya pusat kekuasaan agama Katolik itu transparan soal keuangannya. Karena itu, Paus meminta lembaga keuangan di Vatikan untuk membuka laporan keuangan bagi publik. Hal ini merupakan bentuk pertanggungjawaban moral dan sesuai dengan semangat Injil.

Menanggapi seruan Paus itu, maka dibentuklah suatu lembaga khusus untuk mengaudit keuangan. Selain itu, dan ini yang terpenting, Bank Vatikan melakukan transparansi keuangan. Pada awal Oktober lalu, Bank Vatikan mulai mempublikasikan laporan keuangannya sebagai salah satu wujud transparansi. Ini merupakan publikasi laporan keuangannya yang pertama sejak berdirinya 125 tahun lalu.

Tuntutan transparansi ini mengisyaratkan adanya korupsi di dalam Gereja, khususnya di pusat jantung kekatolikan. Hal ini tak perlu disangkal lagi. Karena itulah, Rm. Edy Purwanto, sekretaris eksekutif KWI, mengatakan bahwa Paus Fransiskus menginginkan Gereja bersih dari korupsi. Tentu saja harapan Paus akan “Gereja yang bersih dari korupsi” ini bukan hanya yang ada di Vatikan, melainkan juga di seluruh dunia.

Adanya korupsi di dalam Gereja (entah itu Paroki, Keuskupan ataupun yayasan), sebenarnya bukanlah merupakan hal baru lagi. Yang terjadi selama adalah usaha menutup-nutupi sehingga terkesan Gereja merupakan lembaga yang bersih dari korupsi. Karena itu, gebrakan Paus Fransiskus menjadi tamparan yang menyadarkan kita.

Ada yang menarik dari peristiwa gebrakan Paus berkaitan dengan transparansi ini. Sekalipun Paus sadar bahwa ada korupsi di tubuh Gereja, Paus tidak terlalu berminat mengurus hal itu dengan mengobok-obok para koruptor. Bagi Paus, yang kakek moyangnya imigran Italia, korupsi itu merupakan bagian dari masa lalu. Dan yang lalu biarlah berlalu. Paus mengajak Gereja untuk menutup lembaran kelam Gereja (berkaitan dengan korupsi) dan memulai lembaran baru dengan transparansi.

Sikap Paus Fransiskus ini mirip dengan sikap Yesus terhadap perempuan yang kedapatan berbuat zinah (Yohanes 8: 2 – 11). “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang!” Itulah kata Yesus kepada perempuan itu. Yesus tidak menghakimi dan menghukum. Dia mengajak perempuan itu untuk menutup lembaran hidup lamanya dan memulai hidup baru sebagai manusia baru. Demikianlah yang dilakukan Paus Fransiskus. Dia tidak menghakimi para koruptor, tetapi mengajak (semua) Gereja untuk memulai hidup baru dengan transparansi.

Semoga seruan Paus akan transparansi dapat menggerakkan Gereja Universal dan Partikular untuk memulai hidup baru. Sehingga dengan demikian harapan Paus akan Gereja yang bersih dari korupsi dapat benar-benar terwujud, bukan saja di Vatikan tetapi juga keuskupan bahkan tingkat paroki.
Jakarta, 23 Januari 2014
by: adrian
Baca juga:
2.      Diakon Yudas dan Ternyata….
4.      Korupsi di Gereja

5.      Korupsi dan Gereja

Orang Kudus 8 Feb: St. Hieronimus Emilianus

SANTO HIERONIMUS EMILIANUS, PENGAKU IMAN
Hieronimus Emilianus dikenal sebagai seorang panglima perang di Kastelnuovo. Ketika Kastelnuovo jatuh ke tangan musuh, Hieronimus ditangkap dan dipenjarakan di dalam sebuah sel bawah tanah yang dingin dan kotor. Kondisi tempat itu sangat menyiksa. Namun justru di dalam sel itulah Hieronimus menemukan suatu cahaya kehidupan baru yang mendekatkan dia kepada Allah. Kesulitan dan kesengsaraan yang sedemikian hebat di dalam sel itu membawa dia kepada suatu doa yang tulus kepada Bunda Maria: Bunda Maria, lindungilah aku anakmu! Aku berjanji akan memperbaiki hidupku dan menyerahkan diriku seutuhnya kepadamu. Hieronimus bertobat.

Doa singkat yang tulus itu terkabulkan. Tak lama kemudian ia dapat meloloskan diri dari penjara itu dan melarikan diri. Tatkala kedamaian telah kembali meliputi seluruh kota, Hieronimus diangkat sebagai Wali kota Kastelnuovo pada tahun 1511. Tujuh tahun kemudian ia ditabhiskan menjadi imam. Sesuai dengan janjinya kepada Bunda Maria ketika berada di penjara, Hieronimus membaktikan seluruh hidupnya kepada kepentingan Gereja dan usaha-usaha karitatif seperti memelihara anak-anak yatim piatu, menampung anak-anak gelandangan dan lain-lain. Dari Venesia, ia pergi ke Padua dan Verona. Selanjutnya ia menjelajahi seluruh Italia Utara untuk mendirikan panti-panti asuhan bagi anak-anak miskin dan terlantar.

Anak-anak itu diberi pendidikan yang baik sesuai dengan bakat-bakatnya. Ada yang menempuh pendidikan jurusan teknik, dan ada pula yang memasuki sekolah umum. Dalam melaksanakan karya besarnya itu, Hieronimus dibantu oleh empat orang pemuda. Bersama mereka, Hieronimus mulai membentuk tarekatnya, yang disebut Tarekat Imam-Imam Regulir dari Somaska. Spiritualisme dan aturan-aturan khusus diciptakan agar ada suatu ciri khas bagi tarekatnya itu. Ia mendirikan kolese-kolese dan sebuah Seminari Menengah untuk mendidik calon-calon imam. Tuhan senantiasa memberkati karya Hieronimus dengan berkat yang melimpah. Hieronimus meninggal dengan tenang pada tahun 1537.