Kamis, 01 Juli 2021

PROBLEMATIS KATA "MENGHINA"

 


Tentu kita sudah tak asing dengan kata “menghina”. Kata ini sering disejajarkan dengan frase mencemarkan nama baik atau menjelek-jelekkan. Tak jarang pula kata ini disepadankan dengan kata “memfitnah”. Kata ini masuk kategori kata moral, yaitu kata yang mempunyai nilai-nilai moral. Penilaian moral itu menyangkut baik dan buruk; baik dan jahat. “Menghina” masuk ke dalam kata yang buruk.

Selain terletak pada kata itu, nilai moral juga terletak pada sesuatu yang kepadanya diarahkan kata-kata itu atau orang yang dinilai telah menggunakan kata ini. Dengan kata lain, sumber dan obyek dari kata itu ikut menjadi buruk. Orang yang menggunakan kata ini untuk orang lain akan dinilai sebagai orang yang jahat atau tidak baik. Misalnya, Matius menghina Lukas. Ini artinya Matius jahat secara moral. Atau Maria itu orang hina. Ini berarti Maria buruk secara moral.

Akan tetapi, kata “menghina” bukan tanpa masalah. Kata ini sedikit problematis karena membingungkan. Kebingungan itu bukan terletak pada penilaiannya, karena soal nilainya sudah jelas. Kebingungan itu timbul dari efek penggunaannya, dan itu terfokus pada orang yang menyandang atau kepadanya kata itu dilekatkan. Kata ini mempunyai nilai buruk atau jahat. Orang yang menyandangnya, atau kepadanya dikenakan kata ini, berarti yang bersangkutan itu buruk secara moral. Agama juga mengajarkan agar umatnya tidak menghina.

Kenapa kata “menghina” membingungkan? Kita akan melihatnya dalam dua contoh berikut ini.

ORANG KUDUS DENGAN NAMA GREGORIUS / IGNASIUS / STEFANUS

Setiap orang tentulah mempunyai nama. Bagi orang kristen katolik, nama tidak hanya sekedar kumpulan huruf yang membentuk kata, tapi harus memiliki makna. Karena dari makna itulah akan terbentuk identitas dan kepribadian seseorang. Setidaknya makna yang terkandung pada sebuah nama mempunyai 2 jenis atau kategori, yaitu makna dari kata yang terkandung pada nama itu, dan makna yang terkandung dalam nama itu. Untuk jenis yang pertama dapat ditemui pada nama GRACE. Kata itu mempunyai makna rahmat atau berkat. Dengan memberi nama itu, maka orang yang menyandangnya diharapkan dapat menjadi berkat bagi orang lain. Hal inilah yang akan membentuk kepribadiannya di kemudian hari. Untuk jenis kedua dapat ditemui pada nama ADRIANUS. Kata ini merujuk pada nama orang kudus, sehingga orang yang menyandang nama ini diharapkan akan menghidupi teladan hidup orang kudus tersebut. Hal inilah yang akan membentuk kepribadiannya di kemudian hari.

Tradisi kristen katolik dalam memberi nama mengacu pada Kan. 855, yaitu agar nama yang diberikan kepada anak harus memiliki citarasa kristiani. Ada 3 kategori citarasa kristiani untuk nama anak. [1] Nama yang diambil dari Alkitab, baik itu nama tokoh maupun nama tempat. Untuk tokoh selalu diambil tokoh yang tidak menimbulkan skandal. Beberapa contoh nama kategori ini: Abraham, Yeremia, Elia, Betania, Galatia, Ruth, Esther, Tesalonika, dll. [2] Nama yang diambil dari nama orang kudus. Untuk memilih namanya, ada beberapa tawaran seperti berdasarkan tanggal kelahiran yang bersamaan dengan tanggal peringatan orang kudus atau berdasarkan intensi orangtua. Bisa juga didasari pada devosi orangtua atau tradisi keluarga. Beberapa contoh nama kategori ini: Maria, Yosef, Matius, Lukas, Paulus, dll [3] Nama yang diambil dari beberapa istilah atau kata yang tak asing dalam dunia kristen. Beberapa contoh nama kategori ini: Grace, Gloria, Sanctus, Angel, Immanuel, Natal, Paskah, Adven, dll.

Terkait dengan kategori kedua, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh para orangtua. Harus diketahui ada banyak nama orang kudus yang memiliki kesamaan. Misalnya, untuk Santo Stefanus setidaknya ada 6 orang kudus yang memiliki nama demikian. Untuk itu, ketika memberi nama Stefanus untuk anaknya, orangtua wajib tahu Stefanus mana yang dimaksud, karena hal ini untuk menjadi “identitas keperibadian” anak kelak.

Untuk maksud ini, blog budak bangka menurunkan nama orang kudus yang memiliki kesamaan nama. Untuk bulan ini, kami menampilkan Santo Gregorius, Santo Ignasius dan Santo Stefanus. Silahkan klik pada nama orang kudus tersebut untuk mengetahui riwayat hidupnya.

Rabu, 30 Juni 2021

MEMAHAMI PIRAMIDA KEBUTUHAN


 

Abraham Maslow mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah bidang yang berbeda, termasuk pendidikan. Ini pengaruh luas karena sebagian tingginya tingkat kepraktisan teori Maslow. Teori ini akurat menggambarkan realitas banyak dari pengalaman pribadi. Banyak orang menemukan bahwa mereka bisa memahami apa kata Maslow. Mereka dapat mengenali beberapa fitur dari pengalaman mereka atau perilaku yang benar dan dapat diidentifikasi tetapi mereka tidak pernah dimasukkan ke dalam kata-kata.

Maslow adalah seorang psikolog humanistik. Humanis tidak percaya bahwa manusia yang mendorong dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan dan bala bantuan (behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis berfokus pada potensi. Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas kemampuan. Manusia mencari batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai kesadaran dan kebijaksanaan. Ini telah diberi label “berfungsi penuh orang”, “kepribadian sehat”, atau sebagai Maslow menyebut tingkat ini, “aktualisasi diri.”

Maslow telah membuat teori hierarki kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah.

Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Piramida kebutuhan itu adalah sebagai berikut:

1.  Kebutuhan Fisiologis

Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.

2.  Kebutuhan Keamanan