Senin, 21 Juni 2021

GADGET SIAP ANCAM KEHIDUPAN ANAK-ANAK


 

Anak-anak zaman sekarang merupakan generasi “jempol”. Bukan lantaran mereka itu hebat makanya dikatakan jempol, melainkan karena aktivitas mereka yang tak jauh dari jari jempol. Kapan saja dan dimana saja pasti kita temukan anak-anak tekun dengan jempolnya, menekan tuts-tuts yang ada di gadgetnya.

Karena terlahir di zaman jempol, maka tak heran bila para orangtua pun membiasakan anaknya dengan gadget. Anak seakan tak bisa dipisahkan dari gadget. Tapi, apakah orangtua sadar akan bahaya dari gadget itu bagi anak diusia belia?

Gadget, "Bom Waktu" Kesehatan Anak

Waspadalah, anak-anak menghadapi "bom waktu" kesehatan yang bisa meledak kapan saja. Peringatan ini dikeluarkan peneliti terkait masifnya penggunaan gadget di kalangan anak akhir-akhir ini. Penggunaan gadget dilaporkan menimbulkan sakit leher dan punggung anak.

Riset ini diprakarsai Abertawe Bro Morgannwg University (ABMU) Health Board, setelah jumlah anak yang dirawat akibat sakit leher dan tulang punggung meningkat dua kali lipat hanya dalam waktu enam bulan. Dalam risetnya, peneliti menemukan, 64 persen dari 204 responden anak berusia 7-18 tahun, menderita sakit punggung. Namun, hampir 90 persen tidak mengatakan kepada siapa pun terkait sakit yang diderita. Sementara itu, 72 persen anak usia sekolah dasar mengakui mengalami sakit punggung.

Menurut fisioterapis, Lorna Taylor, keadaan ini merupakan dampak negatif peningkatan penggunaan teknologi dan perubahan gaya hidup. “Gadget, bagaimanapun telah merugikan perkembangan kesehatan otot dan tulang anak. Bila tidak diubah sedini mungkin, baik di rumah atau sekolah, akan sangat sulit mengatasi dampak ini bagi anak yang masih memiliki masa depan yang panjang,” ujarnya.

Menurut Taylor, tidak baik bila anak terus menderita sakit dan perkembangannya terbatas akibat gangguan yang sebetulnya bisa dicegah. Akan lebih baik bila anak bisa hidup nyaman, memiliki kebiasaan baik, mampu berkonsentrasi, mengembangkan potensi, serta bebas belajar dan bermain tanpa batasan sakit.

Minggu, 20 Juni 2021

TELAAH ATAS SURAH AN-NAHL AYAT 51


 

Dan Allah berfirman, Janganlah kamu menyembah dua tuhan; hanyalah Dia Tuhan Yang Maha Esa. Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.” (QS 16: 51)

Tak bisa dipungkiri bahwa umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad, yang kemudian ditulis di atas kertas. Sekalipun ada di kertas, tapi umat islam yakin bahwa itu adalah kata-kata Allah sendiri. Karena Allah itu suci, maka kertas yang ditulisi perkataan Allah adalah suci juga. Maka dari itu, tak heran ketika ditemukan lembaran-lembaran Al-Qur’an di tempat sampah, yang sebagiannya sudah terbakar, umat islam merasa marah. Hal itu dilihat sebagai bentuk penghinaan terhadap Allah. Allah sendiri sudah meminta umat islam untuk membunuh mereka yang menghina-Nya.

Dasar keyakinan umat islam bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad adalah perkataan Allah sendiri. Allah sudah mengatakan bahwa Al-Qur’an itu berasal dari diri-Nya. Berhubung Allah itu mahabenar, maka apa yang dikatakannya juga adalah benar. Mana mungkin Allah yang mahabenar itu berbohong? Tak munhkin Al-Qur’an itu ciptaan manusia, karena manusia bisa berbohong. Logika pikir orang islam kira-kira begini: bahwa Al-Qur’an itu wahyu Allah karena Allah sendiri yang mengatakannya adalah benar, sebab Allah itu mahabenar yang tak bisa berbohong.

Berangkat dari premis ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan berasal dari Allah dan merupakan satu kebenaran. Apa yang tertulis di atas, semuanya diyakini merupakan kata-kata Allah, yang kemudian ditulis oleh manusia. Seperti itulah kata-kata Allah ketika diucapkan. Karena surah ini masuk dalam kelompok surah Makkiyyah, maka bisa dipastikan bahwa Allah menyampaikan wahyu ini saat Muhammad ada di Mekkah. Terlepas dari pemahaman bahwa kutipan ayat di atas merupakan kata-kata Allah, kita dapat mengatakan bahwa wahyu Allah ini hendak menegaskan konsep tauhid. Pesan yang ada di dalam ayat 51 ini adalah pesan tauhid. Karena itu, ayat ini bisa dikatakan sebagai ayat tauhid. Dan ayat ini, bersama ayat-ayat tauhid lainnya hendak menegaskan islam sebagai agama tauhid.

Kata “tauhid” merupakan konsep teologis dalam islam yang meyakini bahwa Allah itu esa. Kata ‘esa’ di sini dipahami sebagai ‘satu’ atau tunggal. Karena itu, umat islam percaya bahwa Allah itu hanya SATU. Dan umat islam percaya hanya kepada SATU Tuhan, yang biasa disapa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dasar ketauhidan islam ini adalah perkataan Allah SWT yang tertulis dalam Al-Qur’an. Hanya Allah SWT saja satu-satunya Allah. Tidak ada lain lagi. Dalam islam adalah dosa berat jika orang menduakan Allah.

Jika orang hanya berfokus pada pesan, maka wahyu Allah ini akan terkesan baik dan indah. Namun jika orang meninjaunya dengan menggunakan standar ilmu bahasa, maka akan ditemukan adanya kejanggalan.

Jumat, 18 Juni 2021

TELAAH ATAS SURAH ASY-SYURA AYAT 8


 

Gerakan radikalisme, fanatisme dan/atau bahkan ekstremisme seringkali diidentikkan dengan intoleransi. Tidak ada semangat toleransi dalam setiap gerakan radikalisme (ekstremisme). Gerakan ini selalu melihat kelompoknya yang baik dan benar sedangkan kelompok lain salah dan tidak baik sehingga harus disingkirkan bahkan dimusnahkan. Dengan kata lain, semangat yang diusung oleh gerakan radikal adalah semangat menghapus keragaman sehingga muncul keseragaman.

Hingga saat ini islam selalu dikaitkan dengan kelompok radikal. Ada begitu banyak kelompok islam yang terkenal fanatik, radikal dan ekstrem bahkan cenderung menjadi teroris. Dan semua itu dilandaskan pada ajaran agamanya, yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Karena dikaitkan dengan kelompok atau gerakan ini maka islam dikatakan juga sebagai agama yang intoleran. Tidak ada semangat toleransi dalam islam.

Tidak sedikit umat islam menolak klaim tersebut. Mereka selalu mengatakan bahwa islam adalah agama toleran, yang menghargai perbedaan. Sering islam moderat menyangkal kalau Allah SWT hanya menghendaki islam saja. Biasanya mereka mendasarkan argumennya pada QS asy-Syura: 8, yang sayangnya hanya dikutip sebagian saja, alias tidak utuh. Mereka mengatakan, “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat.” Dengan dasar ini umat islam menyatakan bahwa mereka mengakui adanya perbedaan, dan terhadap perbedaan itu islam selalu mengedepankan toleransi.

Argumentasi di atas sangatlah lemah, karena seperti yang telah dikatakan tadi, kalimat di atas tidak utuh dikutip. Kalimat tersebut belum diakhiri dengan titik, tetapi masih koma. Artinya, masih ada kelanjutannya. Kalimat utuhnya, sebagai wahyu Allah SWT, adalah sebagai berikut: “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya.” Dalam kalimat utuh ini terlihat jelas bahwa Allah SWT masih mempunyai sikap pilih kasih, yang semua itu berdasarkan kehendak-Nya. Dapat dikatakan bahwa ada kelompok orang yang tidak dimasukkan ke dalam rahmat Allah karena tidak dikehendaki-Nya. Inilah yang terbaca pada kalimat kedua dari ayat 8 ini.