Kamis, 22 April 2021

PRASANGKA NEGATIF: BAIK ATAU BURUK?


 

Seorang teman menulis di status facebook-nya: “Prasangka negatif adalah tetangga  yang paling dekat dengan kebodohan.” Istilah tetangga yang paling dekat merupakan istilah lain dari sama dengan. Jadi, sebenarnya teman itu mau menulis bahwa prasangka negatif itu merupakan suatu kebodohan.

Benarkah demikian?

Yesus mengajarkan kita untuk mengeluarkan balok di mata kita lebih dahulu baru kita dapat mengeluarkan selumbar di mata teman kita (Mat. 7: 3 – 5). Selumbar itu lebih kecil dari balok, namun kita melihatnya menjadi besar karena ia ada di luar diri kita. Sementara balok yang lebih besar menjadi kecil karena ia ada di diri kita. Di sini Yesus mau mengatakan bahwa setiap kita punya balok di mata kita. Hendaklah kita semua menanggalkan atau mengeluarkan balok itu sehingga kita dapat melihat sesama kita apa adanya.

Karena itu, pertama-tama harus disadari adalah bahwa setiap prasangka itu selalu negatif. Kenegatifan ini sepertinya manusiawi. Semua manusia memiliki kecenderungan melihat yang negatif.

Akan tetapi tidak selamanya prasangka negatif itu buruk atau jahat. Tidak selamanya juga prasangka negatif itu bodoh.  Sebuah prasangka itu negatif karena ia bertolak dari yang positif. Ketika orang tidak menemukan yang positif, dari situlah akhirnya muncul prasangka negatif.

Contohnya, prasangka negatif seorang isteri terhadap suaminya. Ia mengira sang suami selingkuh. Kenapa muncul prasangka ini? Bisa jadi ada perubahan sang suami. Biasanya suami pulang jam 18.300, mesrah dengan isteri, bercanda sama anak-anak, nonton bareng di ruang tamu, ada gairah di ranjang, dll. Gambaran ini merupakan gambaran positif. Namun yang terjadi akhir-akhir ini, ia pulang jam 22.00, dengan muka masam, tak ada canda dengan anak-anak, tak ada acara nonton bareng, di ranjang langsung pulas, dll. Ini adalah gambaran negatif. Nah, karena hilangnya gambaran positif inilah, sang istri akhirnya berprasangka negatif: suami ada selingkuhan. Apakah ini bodoh?

Contoh lain. Kita tentu kenal dengan Gayus HP Tambunan. Kenapa ia akhirnya dipenjara karena kasus korupsi? Semuanya berawal dari prasangka negatif. Orang tahu bahwa Gayus itu pegawai pajak golongan III-A.  Gaji PNS Golongan III-A sekitar 2 – 2,5 juta per bulan. Dengan gaji segitu siapapun dapat memberikan gambaran positifnya. Namun yang terjadi adalah Gayus memiliki uang 25 millyar di rekeningnya plus uang asing senilai 60 millyar dan perhiasan senilai 14 millyar di bank atas nama isterinya. Belum lagi rumahnya yang nilainya millyaran rupiah. Ini merupakan gambaran negatif. Nah, ketika orang tidak menemukan yang positif pada diri Gayus sebagai PNS golongan III-A, orang akhirnya berprasangka negatif. Apakah ini bodoh?

Rabu, 21 April 2021

KENALI GEJALA AWAL DEPRESI PADA ANAK ANDA


 

Seperti orang dewasa, anak-anak dapat mengalami emosi yang naik dan turun. Satu saat mereka terlihat gembira ketika sedang bermain, namun di lain waktu mereka juga bisa merasa sedih. Rasa sedih adalah perasaan yang wajar dialami semua orang, termasuk anak-anak. Namun orangtua dianjurkan untuk waspada bila kesedihan anak terus berlanjut, bahkan sampai menggangu aktivitas sosial, minat, tugas sekolah serta perannya dalam keluarga. Sebab, hal ini dapat menjadi gejala awal depresi.

Mengenal depresi pada anak

Depresi adalah gangguan suasana hati yang bisa menyebabkan seseorang merasa sedih, mudah tersinggung atau putus asa. Kondisi tersebut bisa mempengaruhi kualitas tidur, nafsu makan atau hubungan dengan orang lain. Depresi juga bisa membuat seseorang kehilangan minat pada hobi atau aktivitas yang sebelumnya sangat disukai.

Pada kasus yang parah depresi dapat menyebabkan pikiran untuk bunuh diri. Seseorang bisa dikatakan mengalami depresi bila mengalami gejala-gejala tersebut selama 2 minggu atau lebih. Tidak hanya orang dewasa, depresi juga bisa menyerang anak-anak. Meskipun anak-anak secara alami akan mengalami perubahan suasana hati seiring tumbuh kembang mereka, namun depresi berbeda.

Gangguan tersebut mempengaruhi cara anak berinteraksi dengan teman dan keluarganya. Hal ini juga bisa membuat mereka tidak bersemangat untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti sekolah, olahraga, honi atau aktivitas lainnya.

Senin, 19 April 2021

YESUS ITU ISLAM, SIAPA YANG MALU: ISLAM ATAU KRISTEN?


 

Beberapa kali muncul di media sosial, salah satunya adalah facebook, pernyataan yang mengatakan bahwa “Yesus ternyata pemeluk islam. Banyak umat kristen kecewa.” Setelah memahami makna islam sebenarnya, patut diakui bahwa memang sebenarnya Yesus itu adalah islam, bahkan lebih islam dari Muhammad sendiri. Lantas, siapa sebenarnya yang dirugikan dengan pernyataan bahwa Yesus itu islam: islam atau kristen?

Muslim adalah orang yang menganut agama islam, agama yang diturunkan oleh Muhammad SAW (meninggal 8 Juni 632). Salah satu syarat utama untuk menjadi muslim adalah dengan mengucapkan syahadat "Assh Haduala ilahailallah wa Assh Haduana muhammadur rasulullah", yang artinya: aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah.

Tentu sebagian besar orang langsung kaget dengan judul tulisan ini. Bagi orang kristiani dan bagi kebanyakan orang umumnya, Yesus adalah peletak dan dasar bagi iman dan ajaran agama kristen. Bukankan Yesus sudah ada jauh sebelum Muhammad lahir dan menjadi rasul Allah? Bagaimana mungkin Yesus disebut sebagai seorang muslim tanpa menyebut wa Assh Haduana muhammadur rasulullah?

Agar kita tidak bingung dan dapat memahami judul di atas, maka kita terlebih dahulu harus mengetahui arti dan makna kata "islam". Kata ini tak bisa dipisahkan atau dilepaskan dari kata muslim. Keduanya berkaitan erat. Muslim adalah orang yang memeluk agama islam. Karena itu, orang yang benar-benar memeluk agama islam, artinya melaksanakan islam secara sempurna, disebut sebagai muslim sejati. Dan itulah Yesus. Dan apa arti islam?

Secara etimologis kata “islam” berasal dari bahasa Arab, yang diambil dari kata salima dengan arti selamat. Dari kata salima itu terbentuk kata aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh/taat. Kata ini terdapat dalam QS al-Baqarah ayat 112: “Bahkan, barangsiapa menyerahkan diri (aslama) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati”