Selasa, 08 September 2020

PENJUAL TOPI DAN KERA LIAR


Seorang penjual topi berjalan melintasi hutan. Karena cuaca panas, ia memutuskan istirahat sejenak di bawah pohon besar. Sebelum merebahkan diri, ia meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Beberapa jam ia terlelap dan terbangun oleh suara-suara ribut. Ia sadar bahwa semua topi dagangannya telah hilang.

Kemudian ia memdengar suara monyet-monyet di atas pohon. Ia mendongak ke atas, dan betapa terkejutnya ia melihat pohon itu penuh dengan monyet yang semua mengenakan topi-topinya. Ia berpikir keras bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kembali topi-topi dagangannya.

Pedagang itu menggaruk-garuk kepalanya. Ternyata monyet-monyet itu menirukan tingkah lakunya. Kemudian ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya. Ternyata monyet-monyet itupun melakukan hal yang sama. Ia mendapat ide. Ia membuang topinya ke tanah, monyet-monyet itupun ikut menirukannya. Segera saja si pedagang mengumpulkan topi-topinya dan melanjutkan perjalanan.

Lima puluh tahun kemudian, cucu dari pedagang topi itu juga menjadi penjual topi dan telah mendengar cerita tentang monyet-monyet itu dari kakeknya. Suatu hari, persis seperti kakeknya ia melintasi hutan yang sama. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangannya di sampingnya. Ketika terbangun iapun menyadari kalau monyet-monyet di pohon telah mengambil topi-topinya.

Iapun ingat akan cerita kakeknya. Ia mulai menggaruk-garuk kepala dan monyet-monyet itu menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukan. Nah sekarang ia merasa yakin akan ide kakeknya. Kemudian ia melempar topinya ke tanah. Tapi kali ini ia terkejut karena monyet-monyet itu tidak menirukannya. Mereka tetap memegangi topi-topi itu erat-erat.

Kemudian seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang tersisa yang dilemparkan oleh cucu penjual topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata, “Bro, Emangnya cuma elo aja yang punya kakek…..? ”.

Ayo, belajar dari kesalahan, monyet aja bisa kok

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

INI KIAT MENGHADAPI PUTUS CINTA


Setiap orang tentu pernah mengalami yang namanya patah hati atau putus cinta. Mungkin lantaran penyebab orang patah hati 99,999% adalah putus cinta. Patah hati dan putus cinta melanda baik pria maupun wanita. Namun cara menyikapinya selalu berbeda di antara dua jenis manusia ini. Ada yang mengatakan bahwa cowok lebih merana ketimbang cewek bila mengalami putus cinta atau sedang patah hati. Memang kesannya terasa aneh. Bagaimana mungkin cowok yang lebih dominan nalarnya bisa lebih merana menghadapi patah hati daripada cewek yang lebih dominan emosi? Bukankah cinta dan hati itu urusan emosi?

Benar, bahwa cinta dan hati itu lebih pada masalah emosi/perasaan. Dan bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa love is blind. Orang yang sedang jatuh cinta itu buta dan tuli. Karena itulah, di saat patah hati atau putus cinta, otak tetap tidak bermain, karena sudah dibutakan oleh cinta. Karena itu, kaum pria akan lebih merana.

Dampak dari patah hati atau putus cinta bisa bermacam-macam, tak terkecuali bunuh diri. Tentulah kita tidak mengharapkan agar setiap orang yang mengalami masalah ini langsung mengambil jalan pintas: bunuh diri. Kita harus sadar bahwa dunia tidak selebar daun kelor. Yang perlu disadari adalah bahwa dalam dunia pacaran putus itu adalah wajar. Kapan saja dan di mana saja orang yang berpacaran akan mengalami hal ini.

Oleh karena itu, harus disadari bahwa putus saat pacaran bukanlah akhir dari segalanya. Masih banyak jalan terbentang luas. Memang kita akan mengalami kesedihan, namun janganlah kita lantas larut dalam kesedihan itu. Yang patut dilakukan adalah kita bersyukur pernah mengalami patah hati dan putus cinta. Semua itu menjadi bekal pengalaman dan proses pematangan kepribadian kita.

Senin, 07 September 2020

MENGIKUTI TELADAN RASUL PETRUS


Petrus adalah salah satu rasul Yesus yang terbilang istimewa. Banyak cerita tentang Yesus, yang terekam dalam Injil, selalu terselip nama Petrus. Selain dia, ada dua nama lain yang sering muncul dalam kisah hidup Yesus, yakni Yohanes dan Yakobus. Kisah panggilan Petrus, Yakobus dan Yohanes  sebagai rasul Yesus terekam dalam Lukas 5: 1 –11. Di awali dengan pengajaran Yesus kepada orang banyak di tepi danau Genezareth, lalu mujizat penangkapan ikan dan berakhir dengan panggilan. Ada yang menarik dari kisah tersebut, khususnya dalam sosok Petrus, yang dapat dijadikan teladan hidup manusia zaman kini.

Sebagaimana yang sudah diketahui umum, Petrus adalah seorang nelayan sejati. Orang tua dan kakek-kakeknya adalah nelayan. Sudah sejak kecil ia hidup di atas danau Genezareth itu. Tentulah ia sudah mengetahui seluk beluk danau tersebut. Dan sudah pasti juga ia sudah menguasai “ilmu” penangkapan ikan. Karena itu, soal urusan tangkap menangkap ikan, Petrus adalah ahlinya.

Akan tetapi, pada waktu itu Petrus tak menangkap apa-apa. Sudah semalaman ia mencari ikan, namun hasilnya nihil. Karena itulah, atas permintaan Yesus untuk menangkap ikan, reaksi Petrus adalah bingung. Kiranya kebingungan Petrus beralasan. Ada dua dasar yang membuat Petrus bingung. Pertama, dia ahli dalam urusan tangkap menangkap ikan, karena darah nelayan sudah mengalir dalam dirinya dari kakek-kakek dan ayahnya. Dia tahu bahwa menangkap ikan saat itu akan menjadi sia-sia karena dia sudah semalaman mencari ikan tapi tak seekorpun didapat. Kedua, Yesus bukan seorang nelayan. Jadi, sudah pasti Dia tidak tahu menahu soal perikanan. Maklumlah, Yesus berasal dari Nazareth, daerah pegunungan yang cukup jauh dari danau.

Permintaan Yesus ibarat mengajari ikan berenang. Namun Petrus tidak sombong dengan keahliannya. Mungkin juga, karena letih bekerja semalaman tanpa hasil, Petrus malas berdebat dengan Yesus. Dan untuk meyakinkan Yesus, Petrus hanya mengikuti saran-Nya. “Tapi, karena Engkau yang menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga,” demikian ungkap Petrus.