Kamis, 26 Mei 2016

(Pencerahan) Ini Alasan Kenapa Kita Harus Menjaga Hati Kita

HATI DAN KESERAKAHAN MANUSIA
Semua orang tentu paham dengan satu kata ini: HATI. Kata ini memiliki multi makna. Secara fisik-biologis, hati merujuk pada salah satu organ dalam tubuh manusia; terletak  di bawah jantung dan paru-paru. Namun hati juga disering diidentikkan dengan ungkapan emosi. Misalnya, sakit hati, yang bermakna perasaannya tersinggung. Atau hati sebagai ungkapan cinta/kasih sayang. Karena itu, ungkapan kasih sayang selalu dilambangkan dengan gambar hati (LOVE).
Selain itu, hati juga memiliki makna spiritual. Hati sering dilihat sebagai totalitas kemanusiaan seseorang. Jika dikatakan mencintai dengan hati (bdk. Perintah kasih Yesus Kristus dalam Markus 12: 30), ini berarti mencintai dengan totalitas diri. Atau seseorang yang bekerja sepenuh hati, seluruh dirinya: jiwa dan raganya, ada dalam pekerjaan itu.
Hati, baik yang bersifat biologis, psikis maupun spiritualitas, pada awalnya bersifat positif. Hal ini mungkin sesuai dengan rencana awal penciptaan Allah (lih. Kej 1: 31).
Secara medis-biologis, hati berfungsi sebagai sensor kenyang. Hati merupakan organ pertama yang menerima nutrisi yang berasal dari sistem pencernaan. Jika kadar nutrisi sudah mencukupi, hati akan mengirim informasi ke otak, dan otak memerintahkan orang untuk berhenti makan. Dengan kata lain, hati yang baik berguna untuk mengatasi sifat rakus manusia.
Namun jika fungsi hati ini rusak, maka orang kesulitan untuk mengontrol pola makannya. Ia akan terus makan dan makan. Dan ini berdampak pada kerusakan hati secara fisik. Jika hal ini terjadi, maka orang akan mudah terserang berbagai penyakit; dan bukan tidak mungkin nyawa menjadi taruhannya.
Demikian pula dalam dunia sosial-spiritualitas. Hati dapat menjadi sensor puas. Orang yang merasa diri puas, tidak akan berusaha mencari-cari sesuatu demi memuaskan hasrat diri. Rasa puas membuat orang merasa cukup. Dia tidak akan menjadi serakah. Serakah merupakan aktivitas menumpukkan segala-galanya untuk diri sendiri. Orang yang baik hati pastilah tidak serakah; ia sudah selesai dengan dirinya sendiri. Pergerakan hidupnya justru terarah kepada orang lain, karena untuk dirinya sudah cukup. Perhatikan hidup Yesus Kristus. Selalu diberitakan bahwa pelayanan-Nya berawal dari hati-Nya yang tergerak oleh belas kasihan (Mat 9: 36; 14: 14; 20: 34).
Akan tetapi, jika hati ini rusak, maka muncullah keserakahan. Orang selalu mencari dan mencari apa saja demi kepentingan dirinya. Keserakahan itu tampak dalam penumpukan kekayaan, jabatan dan kekuasaan, yang berpusat pada diri sendiri atau kelompoknya. Orang tidak puas dengan kekayaan yang ada sehingga terus mencari dan tak mau berbagi. Demikian pula dengan jabatan. Sekalipun banyak pekerjaan terbengkelai akibat menumpuknya pekerjaan, namun karena matinya sensor keserakahan tadi, membuat orang tak mau berbagi peran dan jabatan. Ini semua karena hati yang rusak, sehingga fungsi sensornya tak berjalan.
Salah satu bentuk keserakahan yang popular dewasa kini adalah korupsi. Yang seharusnya cukup dengan gaji yang sudah ada, namun karena hatinya sudah busuk, maka yang bukan jatahnya pun diambil. Norma moral dan aturan pun dilanggar demi terpenuhinya hasrat.
Ternyata, hati yang rusak bukan hanya menimbulkan keserakahan dalam hidup, melainkan segala jenis kejahatan lainnya. Tuhan Yesus pernah berkata, “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Mat 15: 19). Di sini terlihat kalau hati berfungsi juga sebagai sensor kejahatan, atau dalam bahasa agama dikenal sebagai sensor dosa. Hati yang baik membuat orang tidak mudah jatuh ke dalam dosa.
Oleh karena itu, adalah tugas manusia untuk menjaga kesehatan hatinya supaya berfungsi sebagai mana semestinya. Seperti yang dikatakan di atas, pada awalnya hati berfungsi positif: sebagai sensor kenyang, sensor keserakahan dan sensor kejahatan. Manusia harus menjaga hatinya tetap sehat. Jangan merusak atau membusukan hati, karena pengrusakan hati berdampak, bukan saja pada orang lain, melainkan pada diri sendiri.
Pangkalpinang, 9 April 2016
by: adrian
Baca juga pencerahan lain:

Rabu, 25 Mei 2016

Orang Kudus 25 Mei: St. Maria Magdalena de Pazzi

SANTA MARIA MAGDALENA DE PAZZI, PENGAKU IMAN
Orang kudus ini terlahir dengan nama Katarina de Pazzi. Katarina lahir pada 2 April 1566 di Florence, Italia. Ia adalah puteri dari Camillus di Geri de Pazzi dan Magdalena Maria Boundelmonti. Ia dibaptis sehari setelah kelahirannya, yaitu pada 3 April.
Katarina memperoleh pendidikan di biara St. Giovannino dei Cavalieri. Di sini ia menerima komuni pertamanya pada 25 Maret 1576. Pada 19 April di tahun yang sama, Katarina mengikrarkan kaul kemurnian atas keinginannya sendiri. Katerina sempat kembali ke rumahnya, dan orangtuanya sangat ingin supaya ia menikah. Namun Katarina memilih untuk menjadi biarawati Karmelit, dengan alasan sederhana, yaitu karena di sana ia dapat menerima komuni setiap hari.
Pada 1 Desember 1582 Katarina diterima menjadi biarawati Karmelit di Biara St. Maria Ratu para Malaikat. Ia menerima jubah dan nama baru, yakni Maria Magdalena. Ketika menjalani masa novisiat, Maria sering mengalami ekstasi dan penglihatan. Maria mencatat apa yang ia alami dan lihat dalam beberapa buku. Maria juga mengalami penglihatan akan api pencucian. Ia juga menerima pesan yang kemudian ia sampaikan kepada para pejabat Gereja untuk melakukan reformasi.
Dalam hidupnya, Maria mengalami cobaan penderitaan besar seperti ditinggalkan oleh Tuhan. Akan tetapi Maria mampu menghadapinya. Maria Magdalena de Pazzi meninggal dunia pada 25 Mei 1607 di Florence, Italia. Pada 8 Mei 1626 ia dibeatifikasi oleh Paus Urbanus VIII, dan pada 28 April 1669 ia dikanonisasi oleh Paus Klemen IX.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 25 Mei: St. Beda

SANTO BEDA, PENGAKU IMAN & PUJANGGA GEREJA
Beda lahir pada sekitar tahun 672 – 673 di Wearmouth, Inggris. Sejak berusia 7 tahun Beda sudah dikirim untuk belajar di Biara St. Petrus dan Paulus di Wearmouth-Jarrow. Di sana ia belajar dari abbas St. Benediktus Biscop dan penerusnya, Ceolfrid.
Pada usia 19 tahun Beda menjadi seorang diakon. Ia menerima tahbisan imam pada usia 30 tahun. Yang menahbiskannya adalah Yohanes dari Beverley. Beberapa karya besar yang dibuatnya di antaranya adalah komentar-komentar terhadap Kitab Suci, dan Historia Ecclesiastica, Historia Ecclesiastica, yang menggambarkan sejarah Inggris dan Gereja di Inggris pada masa itu. tulisannya banyak dibaca di gereja-gereja di Inggris.
Selain menulis, Beda juga mengajar. Kebijaksanaannya membuatnya disebut sebagai Venerabilis, karena pada saat itu ia masih hidup. Beda diyakini sering melakukan kunjungan kepada teman-temannya, dan diketahui juga Beda pernah berkunjung ke Lindisfarme dan York.
Beda Venerabillis meninggal dunia pada 25 Mei 735 di Jarrow, Northrumbia, Inggris. Pada 13 November 1899 ia dikanonisasi dan dinyatakan sebagai Pujangga Gereja oleh Paus Leo XIII.
Baca juga orang kudus hari ini: