Minggu, 10 Mei 2015

Renungan Hari Minggu Paskah VI - B

Renungan Hari Minggu Paskah VI, Thn B/I
Injil    Yoh 15: 9 – 10;
Bacaan kedua dan Injil hari ini sama-sama memiliki tema yang sama, yaitu kasih. Dalam Injil Tuhan Yesus memberikan perintah-Nya kepada para murid supaya mereka saling mengasihi. Dasar kasih ini adalah karena Tuhan Yesus telah lebih dahulu mengasihi. Sekalipun Tuhan Yesus sudah mengasihi para murid, bukan lantas berarti para murid juga hanya mengasihi-Nya. Kasih itu tidak hanya ditujukan kepada Tuhan Yesus saja, melainkan juga kepada sesama lainnya.
Yohanes dalam suratnya yang pertama kembali mengulangi perintah Tuhan Yesus dengan nada yang berbeda. Dalam bacaan kedua Yohanes menjelaskan juga dasar dari kasih itu, yaitu Allah. Bagi Yohanes, Allah adalah kasih. Dengan hidup dalam kasih, entah itu kepada Allah maupun kepada sesama, kita telah ambil bagian dalam keilahian Allah. Atau dengan perkataan lain, mengutip kata-kata Yohanes sendiri, dengan saling mengasihi, kita “lahir dari Allah dan mengenal Allah.” (ay. 7).
Bacaan pertama, yang diambil dari Kisah Para Rasul, menceritakan bagaimana Petrus memberi pencerahan kepada orang-orang percaya dari golongan bersunat bahwa karunia Roh Kudus dinyatakan kepada bangsa-bangsa lain juga (ay. 45). Ada banyak karunia Roh Kudus. Salah satunya adalah kasih. Karena itu, pesan bacaan pertama ini dapat dilihat bahwa kasih Allah itu bersifat terbuka. Tuhan menghendaki supaya umat-Nya mewujudkan kasih tidak hanya kepada anggota komunitasnya saja, melainkan juga keluar.
Sabda Tuhan hari ini mau menegaskan kepada kita bahwa Allah adalah kasih, dan bahwa Dia telah lebih dahulu mengasihi kita. Tuhan menghendaki supaya kita pun hidup dalam kasih dengan saling mengasihi satu sama lain. Dengan hidup dalam kasih, kita sudah ambil bagian dalam keallahan Allah. Kasih kita hendaknya jangan dibatasi oleh sekat-sekat golongan, melainkan harus bersifat universal. Karena Allah sendiri telah mengasihi kita tanpa melihat status, jabatan, golongan, asal usul kita. Bahkan keberdosaan kita tidak menyurutkan niat Allah untuk mengasihi kita.
by: adrian

Sabtu, 09 Mei 2015

Orang Kudus 9 Mei: St. Katarina Bologna

SANTA KATARINA BOLOGNA, PENGAKU IMAN
Caterina dei Vigri lahir pada 8 September 1413 di Bologna, Italia. Ia adalah puteri dari Giovanni de’ Vigri, seorang keturunan bangsawan, dan Benvenuta Mammolini. Ketika berusia sepuluh tahun, Katarina tinggal bersama keluarga bangsawan Ferrara, untuk menjadi pendamping Puteri Margarita d’Este. Katarina memperoleh pendidikan seni dan juga bahasa Latin.
Ketika Margarita menikah, Katarina memutuskan untuk bergabung dengan sebuah komunitas yang mendedikasikan hidupnya bagi Tuhan. Ketika pemimpin komunitasnya hendak menerapkan aturan St. Agustinus, Katarina memilih untuk menerapkan aturan St. Klara. Katarina dan beberapa pengikutnya bergabung dengan Ordo St. Klara dan diterima oleh Provinsial Ordo St. Fransiskus setempat.
Sebagai biarawati Klaris, Katarina dan pengikutnya memperoleh pelayanan dari para Fransiskan. Katarina bertugas sebagai pembuat roti, kemudian menjadi pembimbing para novis. Katarina sempat ingin ditunjuk sebagai superior komunitasnya, tetapi ia menolak.
Ketika komunitasnya hendak membuka biara-biara baru, Katarina diutus untuk mendirikan biara di Bologna. Di Bologna Katarina bertugas sebagai Abdis biara. Katarina semasa hidupnya banyak mengalami peristiwa-peristiwa penglihatan maupun mistis. Ia menuliskan buku-buku spiritual dan yang terkenal adalah Le sette armi spirituali (Tujuh Senjata Spiritual).
Katarina melihat penampakan Bunda Maria dengan kanak-kanak Yesus. Selain itu juga ia mendengar suara Yesus melalui salib dalam ruangannya. Katarina dari Bologna meninggal dunia pada 9 Maret 1463 di Bologna, Italia. Pada 22 Mei 1712 ia dikanonisasi oleh Paus Klemen XI.
Baca juga riwayat orang kudus 9 Mei:

Renungan Hari Sabtu Paskah V - B

Renungan Hari Sabtu Paskah V, Thn B/I
Bac I  Kis 16: 1 – 10; Injil                   Yoh 15: 18 – 21;
Dalam renungan hari Selasa Paskah V sudah diungkapkan bahwa kontradiksi damai dan penderitaan menjadi salah satu ciri jemaat Kristus. Hingga saat ini banyak Gereja mengalami hinaan, celaan, aniaya bahwa pembunuhan. Ada begitu banyak umat Kristen mati dibunuh dengan sadis oleh tentara ISIS. Hari ini Injil semacam memberi peneguhan. Tuhan Yesus menyatakan bahwa “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku.” (ay. 18). Jadi, hinaan, celaan, aniaya bahwa pembunuhan yang dialami para murid Yesus bukanlah hal baru. Tuhan Yesus sendiri sudah mengalaminya. Bertahannya umat dalam menghadapi cobaan itu disebabkan penyertaan Roh Kudus.
Peran serta Roh Kudus juga terlihat dalam bacaan pertama. Perjalanan karya kerasulan Paulus dan Barnabas tak bisa dipisahkan dari peran Roh Kudus. Dalam bacaan pertama dikisahkan bahwa “Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia.” (ay. 6), juga tidak mengizinkan Paulus dan Barnabas pergi ke Bitinia (ay. 7). Sebagai gantinya Roh Kudus menuntun mereka ke Makedonia. Mereka mengikuti saja apa yang dimaui oleh Roh Kudus.
Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita akan peran Roh Kudus dalam kehidupan kita. Melalui bacaan-bacaan liturgi hari ini Tuhan meneguhkan kita bahwa kita tidaklah berjalan sendiri serta tidak juga berjuang sendiri dalam kehidupan ini. Roh Kudus senantiasa mendampingi dan mengarahkan langkah hidup kita agar sesuai dengan kehendak Allah. Penderitaan yang kita alami akibat iman pada Yesus Kristus, tidak membuat kita sendirian merasakannya. Roh Kudus akan menguatkan kita dengan mengingatkan kita bahwa Tuhan Yesus sudah lebih dahulu mengalaminya. Karena itu, Roh Kudus meminta kita untuk menyatukan penderitaan kita dengan penderitaan Tuhan Yesus.

by: adrian