Selasa, 04 Juni 2013

Renungan Hari Selasa Biasa IX-C

Renungan Hari Selasa Biasa IX, Thn C/I
Bac I   : Tb 2: 9 – 14; Injil  : Mrk 11: 13 – 17

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang keadilaan. Adil bukan saja dilihat sebagai sikap sama rata sama rata, melainkan sebagai tindakan memberi atau menerima sesuai dengan haknya. Dalam bacaan pertama, Tobit menginginkan agar isterinya cukup puas dengan apa yang memang sudah menjadi haknya. Kambing yang dibawa pulang dirasakan sebagai sebuah pelanggaran atasprinsip adil tadi. Ini bias terjadi karena Tobit tidak mengetahui latar belakangnya.

Dalam Injil Yesus mengajak orang-orang Israel untuk berlaku adil terhadap manusia (pemerintah) dan juga Allah. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (Mrk 12: 17). Demikian kata Yesus. Satu hal yang mau ditunjukkan Yesus kepada kita di sini adalah sikap-Nya terhadap kaisar, yang nota bene adalah musuh bangsa Israel. Sekalipun kaisar itu adalah musuh dan jahat, tidak lantas berarti kita menghilangkan haknya atas pajak.

Karena itu, pesan Tuhan dalam sabda-Nya hari ini adalah agar kita dapat dan mau berlaku adil, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. Kita dapat mengambil contoh saat mengikuti ibadah, baik di komunitas maupun di gereja. Saat itu adalah saat untuk Tuhan. Karena itu, berilah waktu itu hanya untuk Tuhan. Jangan disibukkan dengan urusan lain. Misalnya, ngobrol atau SMS-an.

by: adrian

Senin, 03 Juni 2013

Orang Kudus 3 Juni: St. Karolus Lwanga

SANTO KAROLUS LWANGA, MARTIR UGANDA
Kebenaran dan keluhuran ajaran Yesus dibela mati-matian oleh para pengikut-Nya di mana-mana, meskipun hal itu mengakibatkan kematian. Di Afrika, terutama di Uganda, pembelaan iman ini telah mengakibatkan pembunuhan banyak martir.

Penganiayaan dan pembunuhan atas orang-orang Kristen itu disebabkan karena ajaran Kristen dianggap sebagai perintah utama pelaksanaan adat istiadat kafir di Uganda. Ketika itu, adat istiadat di sana masih tergolong sangat primitive. Perdagangan budak, poligami dan pemerkosaan anak-anak dianggap hal yang biasa. Demikian juga pelestarian adat istiadat dan animism masih dianggap sebagai perkara budaya yang harus digalakkan.

Oleh karena itu, kedatangan misionaris-misionaris katolik pada tahun 1879 untuk mewartakan Injil Kristus dianggap sebagai penghalang keberlangsungan praktek adat istiadat dan kebiasaan buruk di sana. Akibatnya, penguasa setempat melancarkan aksi pembunuhan terhadap para misionaris itu. Banyak juga pemuda-pemuda Uganda yang sudah menjadi Kristen dibunuh.

Karolus Lwanga adalah salah seorang anak yang melayani Raja Muanga. Ia menggantikan kawannya Yosef Mukasa. Muanga dikenal sebagai raja yang bejat. Ia biasa memuaskan nafsu seksnya pada anak-anak lelaki yang melayaninya. Melihat kebejatan Muanga ini, Karolus Lwanga selalu bersikap hati-hati. Ia juga mengawasi anak-anak Kristen lainnya agar tidak tercemar oleh perbuatan bejat Muanga.

Raja Muanga sangat benci terhadap ajaran-ajaran Kristen. Hasutan orang-orang Arab semakin menambah kebencian Muanga terhadap keluhuran ajaran iman Kristen sekaligus para misionarisnya. Anak-anak Uganda yang sudah menjadi Kristen tidak terlepas dari berbagai ancaman. Namun anak-anak ini semakin kuat imannya dan tidak menghiraukan segala bentuk ancaman itu.

Pada 25 Maret 1886, raja mendapati para pelayannya sedang mengikuti pelajaran agama dari seorang misionaris. Ia sangat marah dan lalu membunuh anak-anak itu. Keesokan harinya ia mengumpulkan para ketua suku dan meminta pertimbangan mereka untuk menghukum anak-anak Kristen yang lain. Hal ini sama sekali tidak menggentarkan hati mereka. Mereka berani mati demi iman.

Anak-anak Kristen yang belum dibunuh, termasuk di dalamnya Karolus Lwanga, ditangkap dan dipenjarakan. Karolus yang tertua segera mempermandikan dan mengajar mereka tentang ajaran-ajaran iman Kristen. Ia menguatkan hati mereka untuk menerima segala akibat yang paling buruk. Iman mereka teguh dan mereka bersedia menjalani hukuman bakar yang ditimpakan atas mereka.

Karolus dibunuh bersama kawan-kawannya demi membela iman Kristen. Mereka yakin bahwa Tuhan akan member mereka pahala di surge yang jauh lebih membahagiakan. Oleh Paus Paulus VI, Karolus dinyatakan sebagai ‘kudus’ pada tahun 1964.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Senin Biasa IX-C

Renungan Hari Senin Biasa IX, Thn C/I
Bac I   : Tb 1: 3, 2: 1 – 8; Injil       : Mrk 12: 1 – 12

Bacaan pertama dan Injil hari ini menampakkan perbedaan sikap antara Tobit dengan para penggarap, dalam perumpamaan Yesus. Dalam bacaan pertama ditampilkan sosok Tobit, yang sekalipun menduduki posisi ‘enak’, namun dia masih ingat akan masa lalunya dan akan saudara-saudaranya. Posisi ‘enak’ itu tidak ingin dinikmatinya sendiri.

Hal ini berbeda dengan gambaran para penggarap. Mereka benar-benar “kacang lupa akan kulitnya.”  Posisi ‘enak’ yang mereka terima ingin dinikmati sendiri. Mereka tidak mau berbagi, apalagi berterima kasih. Malahan, orang-orang yang datang mengusik posisi ‘enak’ mereka ini disingkirkan, bahkan dibunuh.

Gambaran para penggarap dalam perumpamaan Yesus dalam Injil ini mengungkapkan realitas kita saat ini. Kebanyakan orang lupa akan masa lalu dan orang lain ketika sudah menduduki jabatan atau mendapatkan kepuasan sendiri. Orang menjadi egois, ingin merasakan dan menikmati kepuasan itu bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang mengusik akan disingkirkan.

Tuhan menghendaki agar kita mengambil sikap seperti Tobit. Kebahagiaan atau kepuasan yang kita dapat hendaknya tidak menyilaukan mata kita, melainkan tetap menyadarkan kita untuk tetap bersikap sosial. Tuhan mengajak kita untuk saling berbagi satu sama lain.

by: adrian